Hidayatullah.com—Syeikh Al Azhar Ahmad Al Tayyib dan Mufti Besar Ali Jumaa mengumumkan penolakan mereka atas seruan mogok massal pada 11 Februari mendatang.
Kedua ulama Mesir itu meningatakan, “pekerjaan seharusnya tidak ditunda walau satu jam,” kutip Al Mishry Al Yaum.
Rakyat Mesir harus menunaikan kewajiban kepada diri mereka sendiri, keluarga, negara dan rakyat, kata Syeikh Al Tayyib dan Syeikh Ali Jumaa.
Lewat situs jejaring sosial Facebook, mahasiswa dan aktivis mengajak rakyat Mesir mogok massal mulai 11 Februari, bertepatan dengan tanggal pengunduran diri Husni Mubarak sebagai presiden.
Para aktivis menjuluki aksi mereka sebagai “Revolusi kemarahan ketiga” sebab Dewan Militer yang menguasai pemerintahan menolak untuk mendengar pendapat jutaan rakyat pada 25 Januari 2012, yang menuntut pengalihan kekuasaan kepada presiden terpilih sebelum merancang konstitusi. Demikian ditulis dalam laman Facebook pengunjuk rasa.
Sekitar 11 universitas dan puluhan kelompok politik menyerukan aksi mogok sampai militer turun dari kekuasaan. Sejumlah serikat buruh, Gerakan Pemuda 6 April dan pendukung Muhammad Elbaradei juga akan ikut serta dalam aksi itu.
Al Ikhwan mengatakan akan memboikot aksi mogok tersebut dan mendesak agar warga Mesir melakukan hal serupa.
Pemikir Islam yang ingin menjadi presiden Muhammad Selim Al Awa juga mengkritik aksi itu. Dia mengatakan, tindakan itu akan merintangi transformasi demokrasi Mesir dan pengalihan kekuasaan kepada presiden sipil terpilih dalam tiga bulan. Al Awa mengatakan gerakan itu akan menjerumuskan Mesir ke dalam kekacauan.
Menurut Al Awa ada tokoh dibalik kekacauan yang terjadi Mesir.
Menurut pernyataan yang dirilis hari Selasa, kedua ulama mesir tersebut mengatakan bahwa aksi mogok yang akan dilakukan tidak tepat dilakukan pada saat ini, ketika kondisi ekonomi sedang terguncang akibat revolusi rakyat.*