Hidayatullah.com–Pelaku pembunuhan Mantan Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin akhirnya dapat menempati sel penjara yang lebih bebas dari sebelumnya, demikian Harretz melaporkan Rabu, (04/07/2012).
Yigal Amir (42 tahun) yang menempati sel isolasi atas pembunuhan Rabin sejak 17 tahun lalu itu, sebelumnya menempati sel Isolasi yang sangat ketat. Dia bahkan tidak boleh menemui istri dalam menjalani hukuman seumur hidupnya.
Sejak dalam sel isolasi, tiap enam bulan sekali, kondisi Amir terus dipantau oleh Komite Layanan Penjara Israel sejak penahanannya. Pihak penjara menerima rekomendasi dari satuan keamanan Shin Bet dan polisi bahwa ia tetap dipisahkan dari tahanan lain dan disimpan di sel isolasi karena khawatir akan dibunuh oleh tahanan lain. Alasan kedua adalah bahwa Amir belum pernah mengungkapkan rasa penyesalan atas ulahnya membunuh Rabin.
Hareetz juga melaporkan bahwa perubahan sel penjara ini menandakan Amir, yang menjalani hukuman di penjara Rimonim dekat Netanya, sekarang dapat menonton televisi dan menggunakan telepon lebih sering. Namun dia tetap tidak akan dipindahkan ke blok sel terbuka, di mana tahanan tetap berada di luar sel mereka sepanjang hari.
Tapi Amir diberi kelonggaran untuk dapat bertemu dengan tahanan lainnya dalam dua jam sehari di halaman penjara.
Pihak penjara Israel mengatakan akan sangat berhati-hati untuk memutuskan tahanan yang akan ditempatkan bersama-sama dengan Amir. Pada bulan Desember 2010, Pengadilan Tinggi Kehakiman sempat menolak petisi oleh Amir untuk mengakhiri sel isolasi, tetapi mengatakan kemungkinan seperti itu dapat dipertimbangkan di masa depan.
Pengadilan menyarankan pada waktu itu bahwa Amir bisa berbagi sel dengan satu tahanan tertentu lainnya, namun pilihan model tahanan seperti itu ditolak oleh banyak pihak.
Saat itu pengadilan mengatakan, “Bahkan 15 tahun setelah Amir dihukum karena tindakannya yang mengerikan, pada umumnya masih menunjukkan bahaya bagi keamanan negara, karena Amir bisa menyebarkan doktrin yang mengerikan untuk tahanan lain.”
Yigal Amir mengatakan alasan dibalik pembunuhannya terhadap Rabin karena dipengaruhi oleh retorika para politisi dan jenderal sayap-kanan, termasuk bekas perdana menteri Ariel Sharon, yang menjelaskan bahwa perjanjian sementara Oslo 1993 dengan Palestina “akan membawa pada bencana” bagi Israel. Rabin akhirnya ditembak tiga kali dari jarak dekat saat sedang meninggalkan aksi damai dan kemudian tewas di rumah sakit.*/Pizaro