Hidayatullah.com—Setelah berbulan-bulan bertempur tanpa bayaran, tentara oposisi Suriah di Aleppo menerima gaji pertama mereka, yang kabarnya berasal dari uang bantuan negara-negara asing.
Di Aleppo, anggota pasukan oposisi mendaftarkan nama mereka kepada Kolonel Abdul Salam Humaidi –salah seorang anggota militer Suriah yang membelot– yang bertugas mencocokkan nama dalam daftar yang diberikan komandan pasukan oposisi sebelum mereka mendapat bayaran.
Anggota pasukan oposisi yang telah menerima gaji membubuhkan sidik jari mereka di sebelah namanya sebagai tanda terima.
“Dewan militer revolusi … menangani pembagian gaji bulanan untuk para pejuang, khususnya yang berada di garis depan,” kata Humaidi kepada AFP.
Semua pejuang sekarang dibayar USD150 perbulan. Tetapi di masa mendatang akan ada perubahan jumlah gaji bagi mereka yang menikah dan pasukan yang bertempur di garis depan, kata Humaidi dikutip AFP (23/10/2012).
Humaidi menceritakan, dirinya membelot dari militer Suriah setelah 30 tahun berkarir di sana sebab rezim Suriah korup dan sektarian.
Sekarang Humaidi menjabat sebagai pejabat keuangan di Dewan Militer Revolusi. Dia menolak menjelaskan dari mana uang tersebut berasal. Namun, para komandan pasukan oposisi di Aleppo mengatakan kepada AFP bahwa uang itu datang dari negara-negara donor, meskipun mereka saling berbeda menyebutkan nama negaranya.
“Dewan militer membagikan gaji sumbangan dari Qatar … sebanyak $150 perorang yang terdaftar untuk dua bulan,” kata Haji Al Bab komandan di Brigade Tauhid, seraya menambahkan bahwa tentara yang tidak terdaftar tidak mendapatkan bayaran.
Ahmad Arur, seorang komandan di Brigade Saqur Al Syam mengatakan bahwa “bantuan internasional (dan) para pengusaha oposisi Suriah membayar gaji untuk Tentara Kebebasan (FSA).”
Sementara seorang komandan dari Brigade Halab Al Shahbaa bernama Syeikh Mahmud Mujadami mengatakan, sumber uang berasal dari Turki, dari negara-negara Teluk, dari … negara-negara Islam,” serta dari Asosiasi Ulama Islam.
“Kami mendapatkan gaji sebanyak $150 dan akan kami gunakan untuk uang saku dan untuk keluarga, serta rumah,” kata Muhammad Al Nasser yang sudah ikut bertempur selama enam bulan tanpa bayaran.
Dia menikah dan punya seorang putra, tetapi mereka tidak bisa hidup tanpa bantuan yang diterimanya dari Turki. Sekarang mereka kembali ke Suriah.
Ahmad Al Shawaf mengatakan bahwa dirinya berperang tanpa bayaran selama 5 bulan. Menurutnya, banyak kesulitan yang dihadapi terutama bagi mereka yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia sendiri terpaksa berhenti dari pekerjaannya karena revolusi.
Menurut keterangannya, komandan batalion bisa memutuskan untuk memberikan bantuan kepada prajuritnya.
Hussein Ristum yang membelot dari kepolisian sekitar tiga bulan lalu, kehilangan gajinya. “Saya mengandalkan gaji untuk keperluan keluarga, tapi alhamdulillah di Brigade Tauhid ini kami tidak membutuhkan apa-apa. Makanan, kami memperoleh semuanya,” kata Ristum.
Bekas polisi itu mengatakan, pasukan oposisi membantu keluarganya saat dia bertugas tanpa mendapatkan bayaran. Dia mengaku “menghadapi kesulitan, tetapi alhamdulillah Tentara Kebebasan dan teman-teman memberikan tempat tinggal.”*