Hidayatullah.com—Semenjak presiden Muhammad Mursy dari Al-Ikhwan al-Muslimun terpilih menjadi presiden Mesir setelah rezim Mubarak tumbang, banyak pihak berharap rakyat Palestina di Gaza akan mendapatkan kelonggaran dari blokade Zionis Yahudi lewat pembukaan perbatasan Rafah oleh Mesir. Namun sekarang, pemerintah Mursy justru merusak terowongan yang menjadi urat nadi penghubung Gaza dengan dunia luar. Tindakan aparat keamanan Mesir membanjiri terowongan-terowongan Gaza untuk menutupnya dipandang lebih sebagai hukuman untuk warga dan bukan tindakan pengamanan, demikian menurut sejumlah pihak di Mesir sendiri.
Muhammad Abdul Fadil Shousha, mantan gubernur wilayah Mesir di Sinai Utara, mengatakan bahwa strategi Mesir membanjiri terowongan dengan air adalah untuk melemahkan strukturnya sehingga runtuh.
Para pemimpin masyarakat di Sinai menyebut pembanjiran terowongan Gaza itu merupakan solusi keamanan yang mengada-ada guna menutupi kegagalan pemerintah Kairo dalam menjaga keamanan di wilayah itu. Di mana tindakan tersebut tidak membuahkan hasil kecuali sedikit, sebab akar masalahnya tidak diselesaikan.
“Tidak ada yang bisa menutup terowongan-terowongan itu. Jika mereka menghancurkannya, terowongan baru akan segera muncul,” kata Marei Arar, salah seorang tokoh Salafy di Rafah, dikutip Egypt Independent (17/2/2013).
Arar mengatakan, upaya menangani krisis keamanan Sinai dengan menyasar terowongan Gaza merupakan gaya lama yang dipakai rezim Husni Mubarak. Di mana solusi menghukum warga sekitar lebih dikedepankan ketimbang mencari solusi yang tidak merugikan warga.
“Warga di Sinai sudah banyak menderita dan butuh seseorang yang mau mengeyahkan efek tindakan opresif ini … bukannya menghukum mereka,” kata Arar.
“Solusi dari krisis keamanan di Sinai yaitu negara (Mesir) harus mulai memperlakukan warga Sinai sebagai manusia …. dan mulai menghentikan tindakan opresif serta ketidakadilan yang terjadi selama puluhan tahun,” imbuhnya.
Menurut Arar, selama pemerintah Kairo melakukan tindakan opresif terhadap orang-orang Sinai, maka kekerasan akan terus terjadi di wilayah itu.
Menurutnya, penyelidikan tidak pernah membuktikan bahwa terowongan-terowongan itu adalah sumber masalah keamanan di Sinai.
“Solusinya bagi Mesir adalah membuka jalur perdagangan, maka kami akan menutup terowongan-terowongan itu. Tapi jika harus menutup terowongan, sehingga saudara kami di Gaza mati, maka hal itu tidak bisa kami lakukan,” tegas Arar. [Baca juga berita sebelumnya: Lagi, Mesir Banjiri Terowongan Gaza dengan Air]
Menurut Shousha, membanjiri terowongan dengan air, hanya akan merusak sekitar pintu lubang saja, bukan bagian dalamnya. Di mana hal itu justru akan mempermudah terowongan baru dibuat. Cara efektif menutup lubang itu adalah dengan menembakkan rudal dari udara ke darat. Tetapi cara itu juga tidak mungkin sebab banyak terdapat pemukiman di sekitar terowongan.
Ashraf Ayoub seorang aktivis di Arish justru menyalahkan pemerintah Mesir yang tidak membangun perekonomian di Sinai.
Menurutnya, terowongan-terowongan itu ada justru karena warga setempat ada karena pemerintah tidak memperbaiki kondisi penduduk di Sinai yang dimarjinalkan pemerintah Kairo.
“Upaya itu akan gagal sebab mereka menggunakan pendekatan keamanan di Sinai dan bukannya pendekatan pembangunan,” kata Ayoub.
“Mereka menghancurkan terowongan dan bukan kondisi yang menyebabkan terowongan itu ada. Mereka harus menangani sumber masalahnya, bukan gejalanya,” imbuhnya.
Lebih lanjut Ayoub mengatakan, merusak terowongan tanpa memberi alternatif bagi warga Gaza justru akan menyuburkan ancaman keamanan, sebab mereka justru akan mencari jalan lain untuk menerobos perbatasan. Untuk itu solusinya adalah dengan membuka pintu perbatasan Gaza-Rafah. *