Hidayatullah.com—Orang Amerika Serikat (AS) yang berusia 25 hingga 44 tahun atau disebut milenial mencatat angka kematian lebih tinggi akibat tiga ‘pembunuh’ utama dibandingkan kelompok usia yang sama dalam 10 tahun terakhir, demikian menurut data terbaru pemerintah dikutip HealthDay News.
Menurut kantor berita United Press International (UPI), data dari tahun 2000 hingga 2020 yang dirilis oleh Pusat Statistik Kesehatan Nasional AS (NCHS) menemukan lonjakan kematian terbesar akibat cedera, penyakit jantung, dan bunuh diri terjadi setelah 2019, ketika pandemi dimulai.
Menurut laporan itu, tingkat kematian akibat ‘cedera yang tidak disengaja’ termasuk overdosis obat, kecelakaan fatal, dan pembunuhan mencatat peningkatan tahunan tertinggi dari 2019 hingga 2020. Selain itu, angka kematian akibat serangan jantung juga meningkat secara signifikan di kalangan milenial, yang melonjak 15 persen secara keseluruhan antara 2019 dan 2020 tanpa memandang ras atau etnis.
Adapun ‘pembunuh’ ketiga, yaitu bunuh diri, angka kematian akibat faktor ini telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir di antara warga kulit hitam dan Hispanik AS, tetapi tidak melibatkan orang kulit putih.
Kedua etnis tersebut sebelumnya telah mencatat angka stabil dalam tingkat bunuh diri sejak tahun 2000. Tetapi, menurut para peneliti, mulai tahun 2014 dan berlanjut hingga tahun 2020, statistik bunuh diri melonjak 44 persen di antara milenial berkulit hitam.
Orang-orang keturunan Spanyol pada saat yang sama, mencatat peningkatan angka bunuh diri yang lebih tinggi sebesar 55 persen antara tahun 2013 dan 2020.
Sementara itu, meskipun tingkat bunuh diri di kalangan orang kulit putih meningkat 47 persen dari tahun 2000 hingga 2017, angka setelah tahun itu ‘tidak berubah secara signifikan hingga 2020’, kata tim peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
“Secara keseluruhan, trauma nasional dari pandemi memiliki efek yang menghancurkan pada milenium, di mana mereka sekarang menjadi kelompok generasi terbesar di AS, “kata penulis studi tersebut, Dr. Jiaquan Xu dan Sally Curtin. “Faktanya, angka kematian pada tahun 2020 tertinggi untuk periode 2000 hingga 2020 untuk semua golongan,” tambahnya.*