Hidayatullah.com—Zionis Israel untuk pertama kalinya mengakui telah membunuh tokoh nomor dua organisasi pembebasan Palestina PLO, Abu Jihad, saat melakukan serangan ke markas PLO di Tunis pada tahun 1988.
Dilansir AFP (2/11/2012), kabar yang dimuat oleh koran paling laris Zionis Yediot Aharonot menyebutkan bahwa operasi pembunuhan tersebut direncanakan oleh agen mata-mata Mossad dan dilaksanakan oleh pasukan komando khusus Sayeret Matkal.
Abu Jihad yang bernama asli Khalil Al Wazir ditembak mati pada dini hari 16 April 1988 oleh terduga agen intelijen Israel dalam serangan pasukan khusus Zionis ke markas PLO di ibukota Tunisia.
“Israel membunuh orang nomor dua PLO, Abu Jihad, di Tunis tahun 1988, demikian yang bisa dilaporkan saat ini. Bagian intelijen dalam pembunuhan itu diawasi oleh Mossad, dan operasionalnya dilaksanakan oleh Sayeret Matkal,” lapor Yediot Aharonot, dikutip AFP.
Dalam wawancara sebelum kematiannya di tahun 2000, komandan operasi itu Nahum Lev mengatakan secara terang-terangan bahwa perannya dalam pembunuhan tokoh PLO tersebut tidak pernah dipublikasikan sebelumnya.
“Saya menembaknya tanpa ragu-ragu,” kata Nahum Lev, yang menuding Abu Jihad melakukan serangan mengerikan atas warga sipil Zionis.
Abu Jihad merupakan wakil dari pemimpin veteran Palestina Yassir Arafat, pemimpin Palestine Liberation organization (PLO). Abu Jihad memiliki peran besar dalam mengarahkan perlawanan terhadap penjajahan Israel yang dikenal dengan Intifadah pada tahun 1987-1994.
Dalam laporan Yedioth Aharonot itu diceritakan, sebanyak 26 anggota pasukan komando Sayeret Matkal tiba di pesisir pantai Tunis pada 15 Apil 1988 malam. Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok dan diangkut dengan mobil ke sebuah tempat yang jaraknya kurang dari 500 meter dari rumah kediaman Abu Jihad.
Lev menyamar menjadi wanita dan bersama seorang anggota komando lain berpura-pura sebagai pasangan yang sedang menikmati suasana malam di ibukota Tunisia itu.
Saat mendapati seorang penjaga pertama yang sedang tertidur di luar mobil, Lev menembak kepala orang itu di kepala dengan menggunakan senapan berperedam suara yang disembunyikan di dalam kotak coklat.
Setelah anggota pasukan lain mendapatkan sinyal bahwa penjaga telah diumpuhkan, mereka kemudian bergerak mendekati rumah Abu Jihad dengan mengenakan penutup kepala.
Seorang agen intelijen naik ke lantai atas diikuti oleh Lev di belakangnya.
“Dia yang pertama menembak Abu Jihad,” kata Lev. “Sepertinya dia (Abu Jihad) memegang senjata.”
“Kemudian saya menembaknya, dari jarak jauh, dengan hati-hati agar tidak mengenai istrinya yang tiba-tiba muncul,” lanjut Lev.
Menurut Yedioth Aharonot, cerita pembunuhan Abu Jihad oleh pasukan khusus Zionis itu dipublikasikan setelah dilakukan negosiasi selama enam bulan dengan lembaga sensor militer Israel.*