Hidayatullah.com—Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Inggris akhirnya membuahkan beberapa kesepakatan kerjasama. Di antaranya adalah kesepakatan USD 12,1 miliar untuk proyek pengembangan gas alam cair (LNG) di Indoesia dengan perusahaan Inggris British Petroleum (BP) di Papua lewat Blok Tangguh.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri ESDM Jero Wacik dan Menteri Energi dan Perubahan Iklim Inggris Edward Davey itu dilakukan seusai pertemuan bilateral antara Presiden SBY dengan Perdana Menteri David Cameron. Kesepakatan itu untuk meningkatkan kerja sama di bidang energi, termasuk kegiatan hulu hingga hilir.
Kerjasasama investasi itu untuk pengembangan pembangunan fasilitas ketiga LNG liquefaction train (Train 3) yang digunakan untuk menggarap ladang gas di Papua Barat.
”Pengembangan Blok Tangguh III yang MoU-nya ditandatangani menteri ESDM (Jero Wacik, Red) nantinya 40 persen untuk kebutuhan dalam negeri,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah kepada JPNN, Sabtu, (03/11/20122).
Meski demikian, Firmanzah menanggapi nada miring kesepakatan tersebut adalah bagian dari barter atas pemberian gelar untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti diketahui, SBY mendapat penghargaan dari Ratu Inggris Elizabeth II, yakni Knight Grand Cross in the Order of the Bath atau “Gelar Ksatria Salib Agung”. [Baca juga: SBY Terima Gelar “Ksatria Salib Agung”, Dinilai Tak Ada Makan Siang Gratis!]
”Tidak ada barter antara pemberian gelar dengan MoU tersebut,” tegas Firmanzah. Menurut dia, rencana kunjungan atas undangan ratu Inggris itu sudah dua kali mengalami penundaan. ”Baru kali ini presiden bisa. Pas kebetulan ada tanda tangan MoU,” sambung mantan dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) itu.
Direncanakan, investasi dari BP itu akan dimulai pada 2014. Sementara fasilitas ketiga LNG liquefaction train itu mulai beroperasi pada 2018. Jika 40 persen produksi gas Blok Tangguh Train III digunakan untuk pasar domestik, selebihnya akan diekspor ke pasar Asia Pasifik.
”Kalau Blok Tangguh Train I dan II kan diekspor (semua),” ujar Firmanzah.
Dikutip Radio Australia, ABC, Jurubicara Perdana Menteri Cameron memuji SBY atas “peranan pentingnya dalam transisi Indonesia dari negara yang otokrat menjadi demokrasi yang bersemangat”. Keduanya juga membahas perlindungan HAM di Papua.*