Hidayatullah.com–Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, melakukan kunjungan pertamanya ke Kuwait, sekaligus kunjungan pertama pemimpin Palestina, sejak invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990. Kunjungan ini untuk membuka kedutaan Palestina yang baru di negeri tersebut.
Hubungan Palestina dan Kuwait mengalami kemerosotan selama 22 tahun saat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin almarhum Presiden Yasser Arafat tidak bersikap jelas atas invasi Irak ke Kuwait. Pada waktu itu PLO tidak mengecam invasi, kecuali menyatakan tidak menyetujui invasi tersebut. Namun PLO justru menolak keras serangan tentara sekutu menyerang Irak akibat invasinya terhadap Kuwait.
Setelah mengibarkan bendera Palestina di kedutaan dalam upacara resmi, sebagaimana diberitakan IMEMC News, Selasa (16/04/2013), Abbas mengatakan, ini momen bersejarah dalam hubungan timbal balik antara Kuwait dan Palestina.
Abbas menambahkan bahwa Palestina bangga dengan sikap Kuwait mengenai Palestina, dan telah menampung ribuan warga Palestina.
Presiden Palestina juga menyatakan, gerakan Fatah dan PLO “lahir di Kuwait dan disambut oleh orang-orang Kuwait dan pemerintah”.
Menteri Luar Negeri Kuwait, Sabah Al-Khaled As-Sabah, menyatakan, Kuwait menghargai dan bangga dengan peran yang dimainkan Palestina dalam membangun negara.
Kuwait adalah negara donor utama dan pendukung PLO dan almarhum Presiden Yasser Arafat saat mendirikan gerakan Fatah di Kuwait pada tahun 1964.
Pada tahun 2003, Kuwait menolak mengizinkan Mahmoud Abbas, memasuki negara itu ketika ia menjabat sebagai Perdana Menteri di bawah Presiden Arafat. Sikap Kuwait diputuskan karena Abbas “menolak meminta maaf atas sikap Arafat selama invasi Irak ke Kuwait.”*