Hidayatullah.com–Para eksportir ternak sapi Australia terkejut dengan rencana Indonesia untuk menerbitkan izin impor 264.000 ekor sapi dari Benua Kanguru, pada kuartal keempat 2014 ini.
Jumlah itu melebihi harapan para eksportir Australia yang sebelumnya hanya memperkirakan 146.000 ternak untuk diimpor dari negara mereka.
Ashley James, dari lembaga Frontier International, mengatakan, industri ternak di utara Australia bisa-bisa berjuang keras untuk memenuhi permintaan tersebut.
“Saya pikir jumlah itu akan sulit dipenuhi. Indonesia menginginkan sapi Brahman yang gemuk, dan saya tak yakin jenis itu dalam jumlah besar bisa dipenuhi tahun ini. Jumlah izin itu sangat besar, di luar perkiraan kami,” jelasnya dikutip ABC.
Permintaan yang besar dan kurangnya suplai telah membuat harga ternak itu naik sebesar 2,30 dolar per kilogram.
Ashley mengatakan, informasi terbaru yang ia dapatkan dari pasar Indonesia menunjukkan bahwa harga daging sapi belum turun, meski ternak sapi dalam jumlah besar diimpor dari Australia tahun ini.
Ingin Perdagangan Bebas
Sementara itu, Federasi Peternak Nasional Australia (NFF) telah memperingatkan Pemerintahan Tony Abbott untuk tidak lebih memprioritaskan kesepakatan perdagangan bebas dengan India dibanding dengan Indonesia. Sebab Indonesia merupakan pasar ternak terbesar ketiga Australia, tetapi pemerintah Australia berharap untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan bebas dengan India pada akhir tahun depan, demikian kutip ABC, Kamis (27/11/2014).
Ketua NFF, Simon Talbot, mengklaim kesepakatan dengan Indonesia akan memberikan peluang ekspor jauh lebih banyak bagi para peternak.
“Kami sudah melakukan ekspor produk susu dan daging domba ke pasar India dengan keberhasilan yang terbatas. Kami tidak ingin pemerintah teralihkan perhatiannya. Mereka pasti bisa melakukan keduanya, tapi jangan melupakan peluang di Indonesia,” jelasnya.
Tapi Simon berpendapat, peluang yang signifikan sudah ada di Indonesia, dan kesepakatan dengan negara tetangga ini bisa dicapai dalam tiga tahun ke depan. Apalagi dengan pemerintahan baru Indonesia.
“Dengan adanya Pemerintahan (Indonesia) yang baru, yang bisa proteksionis, kita bisa masuk lebih awal dan memiliki posisi yang menguntungkan dibanding negara-negara agrikultur lainnya,” ungkapnya.
Ia menuturkan, “Dan terus terang kita memiliki hak untuk menang di Indonesia, dengan hasil peternakan yang diterbangkan dari Australia Barat, dengan ekspor sapi dari wilayah utara, dan tentu saja dengan produk susu dari wilayah selatan,” ujarnya.*