Hidayatullah.com—Yahoo menutup pusat research and development-nya di China, menyusul tekanan para pemegang saham agar CEO Marissa Mayer mengurangi beban perusahaan dan mendatangkan lebih banyak pemasukan.
Menurut pernyataan perusahaan yang dirilis hari Rabu malam (18/3/2015), tanggungjawab operasional di China akan dialihkan ke kantor-kantor Yahoo.Inc lainnya. Yahoo tidak menjelaskan berapa banyak orang yang akan kehilangan pekerjaannya di China, tetapi berjanji akan memperlakukan para pekerjanya secara bermartabat dan adil, lapor Associated Press.
Penutupan pusat riset dan pengembangan Yahoo itu akan menandai keluarnya perusahaan asal California itu dari China, yang cenderung menurun sejak pengalihan operasinya kepada Alibaba Group tahun 2005.
Yahoo mengeluarkan dana $1 milyar untuk membeli saham perusahaan Alibaba Group, yang sekarang nilainya mencapai $33 milyar. Yahoo sedang bersiap untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya di Alibaba ke dalam sebuah perusahaan dagang tersendiri tahun ini, guna memisahkan aset yang memecah perhatian Yahoo dari mengurus bisnis utamanya yang sedang mengalami kesulitan.
Yahoo mempekerjakan Mayer, seorang mantan petinggi di Google, sebagai CEO sejak Juli 2012. Tetapi hingga kini wanita itu belum bisa mendatangkan lebih banyak keuntungan bagi perusahaan. Pendapatan Yahoo tahun lalu turun 1 persen menjadi $4,6 milyar.
Starboard Value, perusahaan hegde fund asal New York pemegang 0,8 persen saham Yahoo, merupakan salah satu investor yang meyakini Meyer perlu memangkas beban perusahaan. Starboard Value Managing Member Jeffrey Smith mendesak Meyer untuk memangkas biaya perusahaan sekitar $450 juta pertahun.
Meyer berjanji akan terus mencari dan melakukan langkah efisiensi sebagai upaya untuk menggunakan lebih baik sumber daya yang di miliki sesuai dengan strategi dan peluang pertumbuhan perusahaan.
Meyer mengingatkan bahwa dia sudah berhasil menutup puluhan kantor Yahoo ketika mengakhiri sekitar 75 produk sejak dirinya memimpin perusahaan itu.*