Hidayatullah.com—Orang-orang yang tidak fasih berbahasa Inggris dilarang bekerja di sektor publik yang tugasnya antara lain berhubungan langsung dengan masyarakat, demikian dikatakan oleh pemerintah Inggris, lapor BBC Ahad (2/8/2015).
Mulai bulan September mendatang, staf dan pekerja NHS (lembaga yang mengurus masalah kesehatan publik di Inggris) termasuk yang akan diwajibkan memiliki keterampilan berbahasa setingkat GCSE (ijazah umum pendidikan menengah di Inggris, biasa dimiliki anak usia 15-16 tahun) dengan nilai C atau lebih.
Para manajer harus mengetes pegawainya untuk mengetahui apakah mereka dapat berkomunikasi secara efektif.
Menurut menteri Matt Hancock, peraturan itu membantu mengontrol masalah imigrasi.
Peraturan baru itu, yang terpisah dari peraturan soal imigrasi, akan mengharuskan setiap pegawai sektor publik memiliki keterampilan bahasa sedikitnya seperti lulusan sekolah menengah.
Mereka yang terkena peraturan itu antara lain anggota kepolisian, pekerja sosial, staf pengajar dan asistennya, serta pegawai lembaga pemerintahan.
Bagi pegawai saat ini yang masih belum lancar berbahasa Inggris, diberikan waktu untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Para dokter yang bekerja di Inggris sudah lebih dulu diharuskan memiliki nilai keterampilan berbahasa Inggris yang lebih tinggi dan mereka dites oleh General Medical Council.
Kasus yang sempat menghebohkan akibat pekerja medis tidak fasih berbahasa Inggris pernah terjadi tahun 2008. Ketika itu Dr. Daniel Ubani, seorang dokter asal Jerman, memberikan obat penghilang rasa sakit dalam dosis mematikan untuk pasien bernama David Gray.
Pada masa itu, warga dari negara-negara anggota Uni Eropa bisa melamar kerja di Inggris tanpa melalui tes bahasa. Namun, peraturan itu kemudian diubah pada Juni 2014.*