Hidayatullah.com—Bank Sperma Nasional Inggris, yang didanai publik, akan ditutup karena minimnya pria yang bersedia mendonasikan air maninya.
Bank tersebut didirikan akhir tahun 2014, setelah permintaan donasi sperma meningkat signifikan di negeri itu. Klinik-klinik swasta menarik tarif sekitar £950 ($1,153) untuk setiap sampel sperma. National Sperm Bank (NSB) bersedia memfasilitasi inseminasi hanya dengan biaya £300 ($364). [1 pound Inggris sekitar 15.950 rupiah]
Namun, mencari pria yang bersedia mendonasikan air mani yang mengandung sperma ternyata tidak mudah. Sejak didirikan hingga saat ini hanya delapan pria yang tampil ke muka.
“Kami memang mendapatkan sejumlah donor, tapi kesulitannya dalam donasi sperma adalah banyak yang mundur karena mereka menyadari apa saja yang terlibat,” kata Charles Lister, ketua National Gamete Donation Trust yang membantu pengelolaan NSB.
“Tidak cukup hanya sekali datang ke klinik, Anda kemungkinan akan diminta melakukannya 10 hingga 15 kali. Kemudian Anda akan harus mengikuti sejumlah aturan tentang perlunya tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum ke klinik. Itu perlu komitmen,” papar Lister seperti dikutip RT Jumat (28/10/2016).
Dia menambahkan, menyusul perubahan peraturan hukum pada 2005 yang membolehkan semua anak yang dilahirkan dari hasil pembuahan sperma donasi untuk mengetahui identitas ayah biologisnya (pemilik sperma) begitu mereka memasuki usia 18 tahun, sebagian pria menjadi “gentar”.
Aslinya didirikan di Birmingham dengan dana hibah £77.000 dari Departemen Kesehatan, dan dikelola bersama dengan National Gamete Donation Trust dan Birmingham Fertility Centre, NSB sekarang tidak lagi berusaha untuk mencari donatur sperma. Para pria dibayar £35 ($42) untuk sekali donasi sperma.
NSB, yang diharapkan bisa mandiri secara finasial setelah setahun sejak pembukaannya, tidak berhasil mencapai target.
Birmingham Fertility Centre akan segera melepaskan sperma-sperma donasi yang diterima NSB ke berbagai klinik di seluruh penjuru Inggris. BFC, yang memiliki bank sperma sendiri, tetap akan merekrut donor, tetapi pihaknya juga memahami dan mendukung keputusan yang akan diambil oleh National Gamete Donation Trust.
Sebuah pernyataan dari Departemen Kesehatan mengatakan, “Kami memberikan dana hibah permulaan untuk membantu pendirian National Sperm Bank, dan sementara jumlah donasi tidak mencukupi untuk mendukung kelanjutannya mencari donor-donor baru, hal ini akan berdampak pada kemungkinan khalayak untuk mengakses layanan donasi telur dan sperma yang aman.”
British Fertility Society berkeyakinan sebuah bank sperma nasional masih sangat diperlukan di Inggris.
“Tidak harus ada gedungnya sendiri, bisa saja berupa sebuah jaringan,” kata Prof Allan Pacey jubir BFS. “Kita memerlukan koordinasi yang lebih baik dan [penutupan NSB] hanya menyoroti betapa mahalnya [biaya pelayanan] itu,” imbuhnya.
Menurut Human Fertilisation and Embryology Authority, di Inggris setiap tahun lahir sekitar 2.000 bayi yang dihasilkan dari sperma, telur atau embrio donasi. Saat ini di negara kerajaan itu terdapat 25 klinik donasi sperma berlisensi, baik milik swasta maupun yang berada di bawah NHS, lembaga pemerintah yang mengurus masalah kesehatan.*