Hidayatullah.com—Mahkamah Agung Filipina hari Selasa (8/11/2016) memutuskan bahwa jasad Ferdinand Marcos akan dimakamkan di Pemakaman Pahlawan, sebuah keputusan yang mengundang kemarahan rakyat.
“Sementara dia (Marcos) tidak sepenuhnya baik, dia juga tidak sepenuhnya jahat. Tentu saja, dia hanyalah seorang manusia yang berbuat kesalahan seperti kita,” kata majelis hakim memberikan alasan keputusannya.
Mendengar keputusan MA itu, para pengguna media sosial di Filipina langsung marah. Banyak orang Filipina kemudian turun ke jalan di beberapa kota di seluruh negeri untuk mengungkapkan kemarahan mereka.
“Kami sangat terkejut. Kami berharap Mahkamah Agung akan menjunjung prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan,” kata Aida Santos seorang anggota Claimants 1081, organisasi korban darurat militer di era Marcos dan menggugat kekuasaannya, kepada Deutsche Welle.
Marcos memerintah Filipina selama 21 tahun dari 1965 sampai 1986. Mulai tahun 1972 sampai 1981 pemerintahan Marcos memberlakukan darurat militer. Selama itu lebih dari 60.000 orang ditahan, lebih dari 30.000 orang disiksa dan diperkirakan 3.000 orang dibunuh, menurut kelompok-kelompok peduli HAM.
Marcos didepak dari kursi kekuasaan lewat revolusi damai oleh rakyat pada tahun 1986. Bekas diktator itu meninggal dunia tahun 1989 saat hidup dalam pengasingan di Hawaii. Beberapa waktu kemudian jasadnya diterbangkan pulang ke Filipina dan sejak itu disimpan dalam peti mati kaca tembus pandang berpendingin di Provinsi Ilocos, kampung halaman Marcos di bagian utara Filipina.
“Orang-orang terperangah, kecewa dan marah. Kami tidak akan berhenti memperjuangkan keadilan,” kata Santos.
Sebuah koalisi para penentang pemakaman Marcos di Heroes’ Cemetery berencana menggugat keputusan MA hari Selasa itu.
“Presiden Rodrigo Duterte menyebut Marcos pahlawan. Dia harus mempertanggungjawabkan perkataannya tersebut,” ujar Jean Enriquez koordinator World March for Women, seraya menambahkan pemrotes berencana menghalangi pemakaman yang sementara dijadwalkan bulan Desember itu.
Masalah penguburan mayat Marcos di Filipina sejak awal menjadi bahan perdebatan. Duterte saat kampanye mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak akan menentang penguburan Marcos di pemakaman pahlawan, sebab dia dulu adalah seorang prajurit militer dan presiden negara itu.
Persiapan pemakaman Marcos sudah dimulai sejak September lalu. Namun, MA mengeluarkan perintah penangguhan setelah para korban darurat militer Marcos mengajukan petisi menentang pemakamannya.*