Hidayatullah.com—Ribuan warga Mongolia turun ke jalan-jalan di ibukota Ulaanbaataar hari Sabtu (28/1/2017), mendesak agar pemerintah segera bertindak menangani masalah polusi udara.
Warga yang protes, sebagian mengenakan penutup wajah dan memegang balon berwarna hitam, tak gentar berkumpul di ibukota meskipun suhu udara mencapai 20 derajat Celcius di bawah nol.
Ulaanbaatar (dulu dieja Ulan Bator), salah satu ibukota negara paling dingin di dunia, juga merupakan salah satu ibukota paling kotor udaranya di dunia, menurut lembaga PBB urusan kesejahteraan anak Unicef.
Banyak warga kota itu menggunakan bahan bakar polutan untuk menghangatkan rumah mereka.
Sebagian mengatakan mereka tidak mampu untuk membeli bahan bakar alternatif dan meminta bantuan dari pemerintah.
Salah satu spanduk yang dibawa pengunjuk rasa berbunyi, “Bangun dan hirup bau kabut asap.”
Demontrasi itu merupakan unjuk rasa polusi yang kedua kalinya selama musim dingin sekarang ini di Mongolia, lapor BBC.
Bulan Desember 2016, Menteri Lingkungan dan Pariwisata Oyunkhorol Dulamsuren mengatakan bahwa antara tahun 2011 dan 2015 pemerintah mengeluarkan lebih dari $37juta, ditambah $47juta dari bantuan internasional, guna mengatasi polusi udara.
Di kalangan anak usia kurang dari lima tahun, infeksi saluran pernapasan adalah salah satu penyebab kematian terbanyak, kata Unicef.*