Hidayatullah.com—Setidaknya setengah dari warga Muslim di AS mengaku telah mengalami diskriminasi dalam setahun ke belakang, menurut studi Pew Research Center.
Tiga-perempatnya mengatakan bahwa terdapat “banyak” diskriminasi terhadap Muslim, sedangkan 74% menyebut Presiden Donald Trump “tidak bersahabat” kepada mereka.
Pada studi serupa di tahun 2011, 64% menilai Presiden Barack Obama “bersahabat” kepada mereka, tulis BBC, Kamis (27/07/2017).
Riset tersebut juga menunjukkan bahwa Muslim di AS menjadi semakin liberal secara sosial.
Bagian yang berpendapat masyarakat harus menerima homoseksualitas telah meningkat hampir dua kali lipat.
Para peneliti mewawancarai 1.001 Muslim AS lewat sambungan telepon. Mereka menyatakan bahwa responden yang dipilih merupakan sampel representatif.
Lebih banyak diskriminasi – tapi juga dukungan
Setengah dari responden mengatakan hidup sebagai Muslim di AS telah menjadi semakin sulit dalam beberapa tahun terakhir, sedangkan 48% mengaku mereka secara pribadi pernah mengalami diskriminasi selama setahun belakangan.
Bentuk diskriminasi paling umum yang mereka sebutkan ialah diperlakukan dengan prasangka (32% dari responden), diperlakukan secara khusus oleh petugas keamanan bandara (19%), disebut dengan nama panggilan yang menghina (18%), diperlakukan secara khusus oleh penegak hukum (10%), dan diancam secara fisik atau diserang (6%).
Perlakuan tersebut membuat beberapa orang merasa tidak aman, dan seorang pria imigran berkata: “Kami perlu ekstra hati-hati mengawasi sekeliling; menyadari tempat kami berada, siapa di sekitar, dan pandangan seperti apa yang mungkin mereka punya tentang Islam.”
Baca: Pakar: Sejak 2010, Islam Amerika Telah Jadi Simbol Kebencian
Mereka yang berpenampilan khas Muslim – misalnya mengenakan pakaian seperti hijab – lebih mungkin mengaku telah mengalami diskriminasi. Bahkan, perempuan Muslim lebih mungkin dibanding laki-laki Muslim untuk mengatakan bahwa hidup sebagai Muslim di AS telah menjadi semakin sulit.
Angka semua bentuk diskriminasi tersebut telah bertambah sejak 2007, ketika George W. Bush menjabat presiden, namun sebagian besar telah menurun atau tetap sejak 2011, di bawah rezim Presiden Obama.
Pada saat yang sama, terdapat bukti tumbuhnya dukungan vokal bagi Muslim.
Hampir setengah kelompok responden (49%) mengatakan seseorang telah menyampaikan dukungan kepada mereka karena agama mereka selama satu tahun ke belakang.
Tidak senang dengan arah perkembangan terakhir
Mayoritas warga Muslim mendukung Hillary Clinton, jadi mungkin sudah diduga bahwa mereka tidak senang dengan orang-orang di puncak pemerintahan saat ini. Namun pengalaman mereka didiskriminasi, dan upaya Presiden Donald Trump untuk membatasi masuknya orang-orang dari beberapa negara Muslim, juga memengaruhi pandangan itu.
Seorang laki-laki berkata: “Ketika larangan bagi Muslim diajukan untuk pertama kali, saya merasa seperti persekusi telah dimulai. Karena kami telah membaca sejarah Eropa dan apa yang terjadi pada orang Yahudi di Jerman.”
Lainnya berkata: “Kami hampir merasakan atmosfer pasca-9/11 karena ada penekanan terhadap minoritas serta pemikiran dan suara minoritas.
“Orang-orang seperti kelompok alternatif-kanan atau ultrakonservatif pendukung Trump kini dapat kesempatan untuk bersuara lebih lantang, yang dipendam hanya beberapa tahun lalu, dan kini pemikiran mereka tentang Muslim dan minoritas pada umumnya bisa didengar, jadi ketegangan terus bertambah.”
Menjadi lebih liberal
Pandangan Muslim AS tentang homoseksualitas telah berubah dalam satu dekade terakhir. Tahun ini, lebih dari setengah (52%) menyatakan bahwa masyarakat harus menerima homoseksualitas – naik dari 27% pada 2007.
Kenaikan tersebut disertai dengan lonjakan yang lebih kecil dalam jumlah Muslim AS yang mengatakan terdapat lebih dari satu cara untuk menafsirkan ajaran Islam. Pada tahun 2007, sebanyak 57% setuju dengan pandangan liberal ini; pada tahun ini, angkanya mencapai 64%.*