Hidayatullah.com–Jumlah penduduk Australia mencapai angka 25 juta untuk pertama kalinya pada hari Selasa (7/8/2018), menurut perkiraan resmi.
Penduduk Australia terkonsentrasi di sekitar pesisir Sydney dan Melbourne, mencakup sekitar 2/5 populasi.
Kebanyakan orang tinggal di ibukota negara bagian atau teritori (67%), menurut Australian Bureau of Statistics. Namun di Tasmania, hanya 44% yang tinggal di ibukota Hobart, dan di negara bagian Queensland hanya 49% yang tinggal di ibukota Brisbane.
Secara resmi wilayah Australia yang diklasifikasikan sebagai gurun hanya 20%, jadi sebenarnya daerah yang dapat didiami orang masih sangat luas. Meskipun demikian, Australia mengalami masalah distribusi penduduk, kata pemerintah.
“Ada sejumlah daerah di Australia yang berteriak memohon tambahan penduduk,” kata Menteri Kependudukan Alan Tudge hari Selasa seperti dilansir BBC.
Menurut perhitungan tahunan terakhir, Australia bertambah penduduknya 388.000 atau 1,6%. Dari jumlah itu sebanyak 62% merupakan pertambahan akibat kedatangan migran dan 38% merupakan pertambahan alami (dari kelahiran dikurangi kematian).
Pada abad ini, kebanyakan migran datang dari India, China, Inggris Raya, Filipina dan Afrika Selatan. Melbourne dan Sydney tetap menjadi kota tujan utama para migran.
Menurut Bank Dunia, pertumbuhan populasi Australia di atas rata-rata global 1,1%, dan berada di peringkat ke-77 secara global.
Menurut pakar demografi Dr. Liz Allen, dibanding negara sejenis lain Australia penduduknya terlalu terkonsentrasi di sekitar pesisir timur.
“Kita lebih tampak seperti tumbuh membengkak dan bukannya tumbuh ke atas, dan hal ini dapat menimbulkan masalah seperti tekanan pada infrastruktur. Belum banyak rencana untuk perkotaan di masa mendatang,” ujarnya kepada BBC.
Sebagian kalangan menyeru agar Australia menekan jumlah migran. Mantan perdana menteri Tony Abbott, salah satunya, berpendapat Australia harus membatasi jumlah migran hanya 80.000 pertahun, karena dianggap berdampak pada kejumudan gaji, harga perumahan tak terjangkau, serta kemacetan infrastruktur.
Akan tetapi pihak yang berseberangan membantah dalih-dalih tersebut, dengan mengacu hasil studi OECD yang menunjukkan bahwa imigrasi hanya berdampak sangat kecil terhadap kenaikan harga-harga dan tidak signifikan mempengaruhi besaran gaji.
Menteri Keuangan Australia Scott Morrison mengatakan pemangkasan migrasi justru berdampak buruk pada perekonomian negara.
Dr. Liz Allen mengatakan hasil penelitian menunjukkan migrasi antara 160.000 sampai 210.000 pertahun justru baik untuk Australia.
“Besaran optimal itu akan memberikan efek terbaik kepada GDP per kapita,” kata ilmuwan wanita itu. “Migrasi memberikan napas kehidupan bagi bangsa ini,” ujarnya.*