Hidayatullah.com–Presiden pertama Tunisia yang dipilih lewat pemilu yang bebas, Beji Caid Essebsi, telah wafat dalam usia 92 tahun, kata kantor kepresidenan Kamis (25/7/2019).
Essebsi merupakan presiden petahana tertua di dunia. Dia dilarikan ke rumah sakit hari Rabu (24/7/2019), tetapi para pejabat tidak mengatakan mengapa dia dirawat, lapor BBC.
Essebsi memenangkan pemilihan presiden Tunisia pertama yang digelar secara bebas pada tahun 2014, menyusul gelombang Arab Spring.
Essebsi dilarikan ke rumah sakit bulan lalu setelah mengalami, kata para pejabat, krisis kesehatan parah. Mereka tidak memberikan penjelasan lebih lanjut perihal kondisi sebenarnya Essebsi ketika itu. Hanya saja, PM Youssef Chahed yang mengunjunginya di rumah sakit mendesak masyarakat agar berhenti menyebarkan “berita palsu” soal kondisi Essebsi.
Berdasarkan konstitusi Tunisia, PM Chahed dapat mengambil alih kursi kepresidenan selama tidak lebih dari 60 hari atau sampai penggantinya dipilih.
Awal tahun ini, Essebsi mengumumkan bahwa dirinya tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang dijadwalkan digelar bulan November tahun ini. Dalam salah satu rapat Partai Nidaa Tounes dia mengatakan seharusnya orang yang lebih muda yang menjabat sebagai presiden dan sudah saatnya bagi Tunisia “membuka pintu untuk pemuda”.
Essebsi merupakan mantan pengacara yang mengenyam pendidikan dan pelatihan di ibukota Prancis. Dalam karir politiknya yang panjang, dia pernah menjabat sebagai menteri dalam negeri dan ketua parlemen.
Essebsi naik ke kursi presiden lewat pemilu, menggantikan Zine el-Abedine Ben Ali yang didepak pada 2011 setelah 23 tahun berkuasa.
Sejak itu Tunisia mendapatkan pujian dari masyarakat internasional sebagai satu-satunya demokrasi yang dilahirkan lewat Arab Spring.
Meskipun demikian, masalah yang dulu memicu Arab Spring pertama kali di Tunisia, yaitu kesulitan ekonomi dan pengangguran, sampai saat ini masih menjadi masalah utama negeri itu.*