Hidayatullah.com–Beberapa kedutaan asing di Korea Utara hari Senin (9/3/2020) mulai ditutup, menyusul aturan ketat karantina yang diterapkan pemerintah Pyongyang guna meredam penyebaran coronavirus.
Korut belum mengkonfirmasi satu pun infeksi Covid-19, tetapi sudah memperketat aturan keluar-masuk wilayahnya, termasuk menutup pintu-pintu perbatasan, sehingga penduduk negara itu semakin terisolasi.
Peraturan ketat itu juga berlaku bagi orang asing, termasuk diplomat, sehingga mereka terkurung di tempatnya masing-masing.
Dubes Rusia Alexander Matsegora menggambar kondisi seperti itu dapat “merontokkan mental” orang.
Setelah satu bulan pembatasan ketat, pekan lalu aturannya mulai diperlonggar, sehingga lebih dari 200 orang asing dapat keluar dari tempat mereka dan meninggalkan negara itu.
Dubes Swedia Joachim Bergstrom saking leganya berswafoto di pusat kota Pyongyang dan memajangnya di Twitter dengan komentar: “Saya tidak pernah sebahagia ini berdiri di Kim Il Sung Square.”
Evakuasi hari Senin (9/3/2020) itu dilakukan setelah muncul kabar bahwa penerbangan khusus telah dipersiapkan bagi para diplomat dan orang-orang asing lain untuk diterbangkan dari Pyongyang menuju kota Vladivostok, Rusia.
“Sedih untuk memgucapkan selamat jalan pagi ini kepada kolega-kolega dari Kantor Kedubes Jerman dan Prancis #NorthKorea yang ditutup sementara,” cuit Dubes Inggris Colin Crooks di Twitter, seraya menambahkan bahwa kedutaannya masih tetap buka.
Website bandara Vladivostok menunjukkan penerbangan JS 271 Air Koryo sudah tiba dari Pyongyang pada pukul 10:49 pagi waktu setempat (0049 GMT), lapor AFP Senin (9/3/2020).
Tidak jelas berapa diplomat yang berada di pesawat itu, tetapi laporan-laporan sebelumnya mengatakan akan ada 60 orang yang dievakuasi.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bulan lalu memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi serous apabila coronavirus menjangkiti negaranya, yang sudah melarang kedatangan turis.dan menghentikan sementara semua penerbangan internasional.
Pyongyang, yang menjadi subyek beragam sanksi internasional terkait program nuklir dan rudal balistiknya, menurut para analis memiliki infrastruktur medis yang sangat tidak memadai. Oleh karena itu, satu-satunya cara terbaik agar negara itu tidak terjangkit adalah dengan kebijakan preventif.*