Hidayatullah.com—Pfizer Inc hari Jumat (7/8/2020) mengatakan bahwa pihaknya telah menandatangani sebuah kontrak tahun jamak untuk membuat remdesivir yang dipergunakan untuk merawat pasien Covid-19 bagi pengembang Gilead Sciences Inc, yang berpacu meningkatkan ketersediaan obat antivirus tersebut.
Gilead bertujuan pada akhir tahun ini memproduksi remdesivir yang cukup untuk merawat 2 juta pasien Covid-19, dan setuju untuk mengirim hampir semua pasokan obat itu ke Amerika Serikat sampai September.
Namun, staf rumah sakit dan para politisi mengeluhkan tentang sulitnya untuk mendapatkan obat tersebut, yang merupakan satu dari hanya dua obat yang menunjukkan kemampuan memulihkan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam sejumlah uji klinik.
Muncul pula kekhawatiran akan kelangkaan remdesivir di luar Amerika Serikat.
Hari Jumat, perusahaan farmasi asal Inggris Hikma Pharmaceuticals mengatakan sudah memulai produksi remdesivir di pabriknya di Portugal.
Gilead mengatakan jaringan manufakturnya untuk memproduksi remdesivir telah berkembang menjadi 40 perusahaan di Amerika Utara, Eropa dan Asia guna menambah produksinya.
Awal pekan ini, sebuah kelompok bipartisan kejaksaan-kejaksaan di AS mendesak pemerintah federal agar mengizinkan perusahaan lain membuat remdesivir yang dikembangkan Gilead, guna meningkatkan ketersediaan dan menekan harga obat antivirus itu agar tetap terjangkau.
Pfizer akan memproduksi remdesivir di pabriknya yang terletak di McPherson, Kansas, kata perusahaan farmasi tersebut. Tidak jelas apakah remdesivir yang diproduksi Pfizer hanya diperuntukkan bagi pasar domestik Amerika Serikat, lansir Reuters.
US Food and Drug Administration (FDA) pernah mengirimkan surat peringatan kepada Pfizer pada tahun 2017, mengatakan bahwa proses manufaktur obat-obatan suntik steril di pabriknya di Kansas itu “di luar kendali” dan “membahayakan pasien”.*