Hidayatullah.com—Seorang pengusaha Inggris, yang juga mantan agen dinas intelijen MI6, sedang diperiksa dengan tuduhan menjual informasi kepada mata-mata China yang menyamar sebagai jurnalis, kata seorang pejabat di Whitehall (pusat pemerintahan Inggris).
Fraser Cameron, yang menjalankan wadah pemikir EU-Asia Centre, dituduh menyerahkan informasi rahasia tentang Uni Eropa kepada dua orang mata-mata yang diduga menyamar sebagai wartawan yang berbasis di Brussels, Belgia.
Cameron diduga menyerahkan memberikan informasi itu dengan imbalan ribuan euro.
Namun, kepada The Times pria itu mengatakan bahwa tuduhan tersebut “menggelikan”, lansir BBC Sabtu (19/9/2020).
Pengusaha itu, yang bekerja untuk Secret Intelligence Service dari tahun 1976 sampai 1991, mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki akses terhadap informasi yang bersifat rahasia.
Cameron, yang juga pernah bekerja untuk Kementerian Luar Negeri Inggris dan Komisi Eropa, mengatakan kepada Politico bahwa tuduhan-tuduhan tersebut tidak berdasar. Dia mengaku memiliki banyak kontak orang China, yang merupakan bagian dari kewajibannya dalam EU-Asia Centre, dan mengatakan mungkin sebagaian dari mereka memiliki peran ganda.
Seorang pejabat Whitehall, yang tidak bersedia diungkap identitasnya, mengatakan kepada BBC bahwa investigasi terhadap Cameron itu merupakan hasil menelusuran kasus dalam jangka yang memakan waktu lama antara dinas intelijen Inggris dan Belgia, dan mengatakan bahwa temuan tentang Cameron itu muncul beberapa bulan silam.
Temuan kasus ini, kata pejabat tersebut, menunjukkan betapa eratnya kerja sama antara dinas intelijen Inggris dengan sejawatnya di Uni Eropa.
Koresponden keamanan BBC Frank Gardner mengatakan ada kekhawatiran perihal aksi mata-mata China di Eropa, yang berusaha mencari tahu tentang kesepakatan Inggris-EU terkait dengan Brexit.
Dinas intelijen Belgia dikutip Financial Times mengatakan bahwa tuduhan terhadap Cameron menunjukkan ancaman nyata terhadap lembaga-lembaga Uni Eropa yang bermarkas di ibu kota Belgia.
Investigasi terkait hal ini dikabarkan sedang ditangani oleh pihak kejaksaan federal Belgia.*