Hidayatullah.com — Sebuah ledakan keras mengguncang ibukota Arab Saudi, Riyadh, tiga hari setelah kerajaan mencegat proyektil yang ditembakkan ke arah kota itu. Dilansir Al Jazeera pada Selasa (26/01/2021), belum ada komentar langsung dari Arab Saudi, yang telah berulang kali menjadi target serangan rudal pemberontak Houthi di negara tetangganya Yaman sejak 2015.
Ledakan itu mengguncang jendela di ibu kota Saudi sekitar pukul 1 siang (10:00 GMT), kata saksi mata. Beberapa warga melaporkan mendengar dua ledakan di media sosial. TV Al Arabiya milik Arab Saudi mengutip laporan lokal tentang ledakan dan video yang beredar di media sosial tentang sebuah rudal yang dicegat di Riyadh.
Pada hari Sabtu, koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, mengatakan pihaknya mencegat dan menghancurkan “target udara musuh” menuju Riyadh, televisi pemerintah melaporkan. Pernyataan singkat itu tidak mengidentifikasi sumber target dan Houthi mengatakan mereka tidak terlibat.
Bandara Internasional Raja Khaled Riyadh mengatakan ada sejumlah penundaan penerbangan setelah insiden hari Sabtu. Arab Saudi telah memimpin intervensi militer terhadap pemberontak dukungan Iran sejak 2015 dan telah berulang kali menjadi sasaran serangan lintas batas.
Namun, jarang sekali drone atau rudal yang diluncurkan oleh gerakan bersenjata Syiah mencapai ibu kota kerajaan – sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan. Insiden itu terjadi hanya beberapa hari setelah Joe Biden dilantik sebagai presiden AS, menggantikan Donald Trump.
Pada hari Senin, pemerintahan Biden membekukan sanksi terhadap kesepakatan dengan Houthi selama satu bulan karena meninjau “daftar hitam terorisme” yang diberlakukan di bawah Trump, yang diperingatkan oleh kelompok bantuan akan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah. Kelompok bantuan mengatakan mereka tidak punya alternatif selain menghadapi pemberontak yang menguasai sebagian besar Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa.*