Hidayatullah.com–Anggota parlemen Belanda Geert Wilders adalah seorang “populis yang bisa menjadi seorang fasis moderen,” kata Mario Vargas Llosa, pemenang Nobel bidang Sastra 2010 asal Peru.
“Itu bukan sebuah bentuk eksplisit dari fasisme lama, melainkan sesuatu yang bergerak ke arah sana,” jelas Llosa kepada Radio Netherlands.
Sebagaimana dilansir RNW (12/11), Vargas Llosa menjadi pembicara di kota Tilburg, Belanda, dalam kuliah yang diberi judul “The Return of the Monsters”, kembalinya para monster. Dia menekankan perlunya orang kebanyakan (masyarakat umum) berhenti menjadi fasis. “Kita punya kekuatan yang diberikan budaya demokrasi. Kita sendiri yang bertanggungjawab jika membiarkan para monster semacam itu menang.”
Ditanya mengenai sikap Wilders yang anti-Islam, Vargas Llosa menggarisbawahi bahwa mengkritik Muslim sebagai sebuah kelompok tidaklah dapat diterima.
“Di Iraq, serangan teroris oleh fanatik Al-Qaidah telah membunuh banyak, banyak Muslim. Korbannya lebih banyak Muslim dibanding orang Barat.”
Dengan merujuk pada masa lalu Belanda yang merupakan “masyarakat terbuka”, Vargas Llosa juga mengkritik dukungan yang diterima partai liberal VVD dan Kristen Demokrat dari PVV–partainya Wilders–untuk membentuk pemerintahan minoritas. Menurutnya hal itu tidak dapat diterima, sebab itu berarti “atas nama pragmatisme, sebuah partai demokratis meninggalkan prinsip-prinsip demokrasi dan menjadi pendukung atau kaki tangan dari paham totaliter dan otoriter.”
Mario Vargas Llosa kan menerima anugerah Nobel bidang Literatur di Stockholm pada 10 Desember mendatang.[di/rnw/hidayatullah.com]