Hidayatullah.com — Selandia Baru dengan cepat memutuskan berlakukan lockdown setelah seorang warganya dinyatakan positif Covid, kasus pertama dalam enam bulan.
Dilansir BBC pada Selasa (17/08/2021), kasus itu terdeteksi di Auckland, Selandia Baru, yang akan memberlakukan lockdown selama seminggu. Sementara negara bagian lain akan memberlakukan lockdown selama tiga hari.
Pihak berwenang berasumsi bahwa kasus baru itu adalah Covid-19 varian Delta. Sekitar 20% warga Selandia Baru sudah divaksinasi dengan 2 suntikan vaksin. Coromandel, kota yang dikunjungi warga yang terinfeksi juga akan dilockdown selama tujuh hari.
Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan peraturan “level 4” perlu diberlakukan – menutup sekolah, kantor, dan semua bisnis dengan hanya layanan penting yang tetap beroperasi.
“Saya ingin meyakinkan Selandia Baru bahwa kami telah merencanakan kemungkinan ini. Melakukan dengan keras dan lebih awal telah berhasil bagi kami sebelumnya,” katanya.
Warga yang terinfeksi adalah seorang pria berusia 58 tahun, yang diyakini telah menular sejak Kamis lalu. Setidaknya ada 23 lokasi potensial penularan.
Dilaporkan ada kesibukan di supermarket di Auckland, karena penduduk setempat mengantisipasi penguncian cepat.
Para pejabat mengatakan ada kebutuhan untuk tanggapan yang kuat karena ketakutan akan varian Delta, dan karena tidak ada hubungan yang jelas antara kasus baru dan fasilitas perbatasan atau karantina. Data yang dirilis Kementerian Kesehatan Selandia Baru pada Senin menunjukkan bahwa semua kasus Covid-19 yang terdeteksi di perbatasan negara itu dalam beberapa pekan terakhir adalah Delta.
“Kami telah melihat apa yang bisa terjadi di tempat lain jika kami gagal mengatasinya. Kami hanya mendapatkan satu kesempatan,” kata Ardern dalam pidato nasional yang disiarkan televisi, menyebut varian Delta “pengubah permainan”.
Selandia Baru telah berhasil menghilangkan virus dari dalam perbatasannya, meskipun perbatasan internasionalnya sebagian besar tetap tertutup.
Namun, program vaksinasi telah diluncurkan dengan lambat, dengan hanya sekitar 20% orang yang divaksinasi penuh dan 33% orang telah menerima satu dosis, menurut Our World in Data.*