Hidayatullah.com—Seorang pejabat dan akademisi Kanada yang memiliki kepakaran khusus dalam masalah kesehatan penduduk pribumi Amerika (Indian) telah diberi status cuti administratif oleh universitasnya menyusul investigasi atas klaim bahwa dirinya keturunan Indian orang asli Amerika.
Carrie Bourassa, seorang profesor di University of Saskatchewan, mengklaim dirinya memiliki warisan nasab suku Métis, Anishinaabe dan Tlingit. Pada 2019 dia tampil sebagai pembicara di panggung TEDx dengan mengenakan syal biru berhias bordir dan memegang sebuah bulu unggas khas orang Indian, di mana dia mengidentifikasi dirinya sebagai “Morning Star Bear” – nama khas orang asli Benua Amerika yang mengambil nama hewan.
Akan tetapi, investigasi yang dilakukan lembaga penyiaran publik Kanada CBC menuding Bourassa sepenuhnya sebenarnya keturunan Eropa, lansir The Guardian Selasa (2/11/2021).
Dia belum lama ini mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direktur ilmiah untuk kesehatan masyarakat orang asli di Canadian Institute of Health Research (CIHR). Bourassa selama ini digambarkan oleh CIHR sebagai seorang wanita Métis, seorang peneliti suku-suku asli yang sangat disegani, dan sosok wanita yang tidak kenal lelah memperjuangkan hak semua orang asli yang ada di Kanada.
CBC melaporkan bahwa orang-orang yang bekerja dengan Bourassa menyatakan keraguan tentang kisah leluhurnya, dan beberapa koleganya bahkan menelusuri catatan silsilahnya, yang kabarnya menunjukkan bahwa nenek moyangnya adalah keturunan Rusia, Polandia dan Cekoslowakia.
Dalam email yang dikirimkan ke CBC, Bourassa mengatakan dia sudah diadopsi sebagai orang Métis oleh seorang teman kakeknya dan kemudian diadopsi oleh komunitas suku-suku Indian lain.
Wanita itu menuding CBC melakukan kampanye buruk terhadapnya, seraya menambahkan dia “sangat terkejut dan kecewa dengan serangan terhadap identitas saya belum lama ini”.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Bourassa setelah klaim tersebut disiarkan dia mengatakan dia mengidentifikasi dirinya sebagai Métis dan bahwa para tetua yang mendukungnya tidak bergantung pada “kuantum darah” untuk menilai identitas pribumi.
Dalam komentarnya yang dimuat oleh Saskatoon StarPhoenix, dia menambahkan, “Mungkin disebabkan fakta bahwa saya berusaha keras untuk membereskan sesuatu, mungkin akibatnya saya terlupa akan hal-hal tertentu. Terkadang sulit, ketika Anda sangat ingin menemukan beberapa celah yang Anda tahu ada di sana.”
Perlakuan terhadap masyarakat orang asli di Kanada telah menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir setelah penemuan situs kuburan tak bertanda di sekolah berasrama. yang dulu berusaha memberantas budaya dan bahasa penduduk asli.
Pihak universitas dan badan kesehatan awalnya mendukung Bourassa, tetapi hari Senin (1/11/2021) perguruan tinggi itu mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya “sangat prihatin dengan informasi tambahan yang terungkap dalam tanggapan Dr Bourassa kepada media.”
Di antara yang dikutip oleh CBC dalam laporan hasil investigasinya adalah Janet Smylie, seorang akademisi kesehatan keturunan Métis di University of Toronto, siapa yang menulis satu bab di dalam buku terbitan tahun 2017 perihal cara pengasuhan anak di kalangan orang asli yang disunting oleh Bourassa.
Smylie mengatakan kepada CBC dia telah melakukan penelitiannya sendiri nasab Bourassa. “Hal itu membuatmu merasa sedikit muak,” ujarnya. “Mengetahui ada seorang penyamar yang berbicara atas nama suku Métis dan orang asli ke seluruh negeri perihal apa maknanya menjadi seorang Métis … itu sangat mengganggu dan menjengkelkan dan berbahaya.”
Seorang profesor Métis yang bekerja dengan Bourassa mengatakan kepada CBC bahwa wanita itu seperti “Grey Owl era modern” – merujuk pada Archibald Stansfeld Belaney, seorang konservasionis kelahiran Inggris dan penulis yang mengembar-gemborkan dirinya sendiri sebagai seorang keturunan Indian asli Amerika di awal abad ke-20.
Sebagian kalangan menilai investigasi CBC itu mengungkap kasus di Kanada yang serupa dengan kasus di Amerika Serikat, di mana seorang akademisi dan aktivis bernama Rachel Dolezal, mengaku-aku dirinya keturunan keluarga Afrika-Amerika.*