Hidayatullah.com–Raksasa maskapai pelayaran Taiwan Evergreen Marine hari Kamis (10/2/2022) mengatakan tidak lagi menyandarkan armadanya di terminal pelabuhan milik militer di Myanmar.
Kapal-kapal Evergreen “adakalanya” berlabuh di Hteedan Port Terminal milik militer di Yangon, kata pihak perusahaan, seraya menambahkan bahwa pihaknya selama ini mengontrak mitra lokal untuk melayani kepentingan kapalnya. Namun, sekarang kerja sama itu akan dihentikan.
Pernyataan itu tidak mengatakan kapan atau mengapa Evergreen mengajukan permintaan penghentian penggunaan terminal tersebut atau apakah masih akan mengirim kapal ke pelabuhan lain di Myanmar, lapor AFP.
Militer memiliki kepentingan dalam sebagian besar sektor bisnis Myanmar, mulai dari pertambangan hingga perbankan, minyak, dan pariwisata.
Perusahaan yang terkait dengan junta militer menjalankan tiga pelabuhan di kota pusat komersial Yangon, menurut Burma Campaign UK.
Pada 2020 maskapai pelayaran Maersk mengumumkan tidak lagi menggunakan pelabuhan-pelabuhan milik militer.
Tindakan Maersk itu dilakukan menyusul pembantaian terhadap minoritas Muslim Rohingya pada tahun 2017 oleh aparat keamanan Myanmar, yang mengundang banyak kecaman internasional.
Menyusul kudeta 1 Februari 2021 kekejaman junta militer semakin menjadi, dan sejumlah perusahaan asing dan multinasional seperti TotalEnergies, British American Tobacco dan Telenor memilih angkat kaki dari negara itu, karena situasinya dianggap merugikan bisnis mereka.*