Hidayatullah.com– Seorang pria Beijing menjadi subyek penyelidikan kriminal setelah dia melanggar keharusan isolasi di rumah, sehingga mendorong pihak berwenang untuk mengirim lebih dari 5.000 tetangganya ke karantina di rumah atau fasilitas pemerintah.
Tindakan pria itu, yang dites kemudian positif Covid-19, dilakukan ketika ibu kota China dan kota bisnis Shanghai mulai melonggarkan aturan.
Dilansir The Guardian, hari Senin (30/5/2022) aparat mengatakan bahwa pria itu – yang berusia 40-an awal – sudah diberitahu agar mengisolasi diri di rumah setelah dia memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang ditandai sebagai area berisiko pada 23 Mei. Diduga selama masa karantina yang seharusnya dijalaninya di rumah, lelaki itu justru keluar rumah berkali-kali sehingga menimbulkan risikvpo penularan di area tempat tinggalnya, sebelum akhirnya dia dan istrinya dites positif Covid lima hari kemudian.
Mengantisipasi penularan lebih jauh, petugas memerintahkan 258 orang penghuni bangunan rumah susun tempat tinggal pria itu untuk menjalani karantina di fasilitas pemerintah, dan lebih dari 5.000 orang lainnya yang tinggal di daerah pemukimannya agar mengisolasi diri di rumah masing-masing.
Tindakan pria itu kontan mendapat kecaman dari masyarakat.
“Sudah dua hari sejak dinyatakan bebas [Covid], apa yang dilakukan pria ini? Tidakkah dia ingin agar wabah ini sirna di Beijing? Kenapa dia harus keluar dan membahayakan orang banyak ketika situasi hampir stabil,” kata salah satu warga.
“Warga dan pasien bersangkutan masing-masing berbagi tanggung jawab 50%, karena komunitasnya tidak memasang alarm magnet pintu … dan ada tanggung jawab pengelola yang harus dipikul oleh masyarakat,” kata lainnya.
Pada hari Ahad (29/5/2022) pihak berwenang melaporkan 122 kasus komunitas baru di seluruh negeri, di luar daerah yang dikarantina dan termasuk 102 orang positif tanpa gejala. Di Beijing hanya 12 kasus yang ditularkan secara lokal yang dilaporkan pada hari Ahad.
Perpustakaan, museum, teater, dan pusat kebugaran diizinkan untuk dibuka kembali di daerah-daerah di mana tidak ada sama sekali kasus infeksi selama setidaknya tujuh hari berturut-turut.*