Hidayatullah.com– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah Eropa memperingatkan bahwa kasus cacar monyet di kawasan itu berlipat tiga hanya dalam kurun dua pekan dan hampir semua penderitanya adalah gay atau pria yang berhubungan seks dengan pria.
Pimpinan WHO Eropa Dr. Hans Kluge dalam sebuah pernyataan hari Jumat (1/7/2022) mengatakan perlu adanya peningkatan upaya penanggulangan terkoordinasi wabah itu, meskipun organisasi di bawah naungan PBB itu belum menyatakannya sebagai darurat kesehatan global, lansir Associated Press.
Sampai saat ini, ada lebih dari 5.000 kasus cacar monyet dilaporkan dari 51 negara di seluruh dunia yang biasanya tidak terdapat penyakit itu, menurut data U.S. Centers for Disease Control and Prevention.
Kluge mengatakan jumlah infeksi di Eropa mencakup sekitar 90% total kasus global, di mana cacar monyet dilaporkan oleh 31 negara dalam wilayah kerja WHO Eropa.
Data WHO itu menunjukkan bahwa 99% kasus terjadi pada pria – mayoritas di kalangan pria yang melakukan hubungan seks dengan pria. Namun, dia mengatakan sekarang ada “sejumlah kecil” kasus penularan di dalam rumah tangga, termasuk anak-anak. Kebanyakan orang melaporkan gejala seperti ruam pada kulit, demam, lesu, sakit pada otot, muntah dan menggigil.
Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa dari penderita cacar monyet di Eropa.
Di Inggris, di mana terdapat kasus terbanyak di luar Afrika, pihak berwenang mencatat bahwa penyakit itu merebak di kalangan gay, biseksual, atau pria yang berhubungan seks dengan pria. Otoritas kesehatan Inggris mengatakan sejauh ini belum ada tanda-tanda penularan berkesinambungan di luar kalangan tersebut.
Seorang penasihat WHO pada bulan Mei mengatakan bahwa lonjakan kasus cacar monyet di Eropa tampak berkaitan dengan kegiatan pesta-pora yang diselenggarakan kaum gay di Spanyol dan Belgia.
Sementara itu di Ghana, WHO mencatat kasus cacar monyet jumlahnya seimbang antara lelaki dan perempuan dan belum ada penularan terdeteksi di kalangan pria yang berhubungan seks dengan pria.*