Hidayatullah.com– Pemerintah pimpinan Presiden Joe Biden membuat rencana untuk mengisi kembali tangki cadangan darurat minyak Amerika Serikat, setelah Gedung Putih menyetujui pembelian minyak mentah awal sebanyak 3 juta barel.
Menurut laporan Bloomberg (16/12/2022), pembelian minyak untuk pengiriman bulan Februari tahun depan itu dilakukan setelah cadangan minyak sebanyak 180 juta barel dikeluarkan dari US Strategic Petroleum Reserve guna meredam lonjakan harga bahan bakar akibat invasi Rusia ke Ukraina dan masalah-masalah suplai lainnya.
“Pembelian kembali ini adalah peluang untuk mengamankan kesepakatan yang baik bagi pembayar pajak Amerika dengan membeli kembali minyak dengan harga lebih rendah dari harga rata-rata $96 per barel saat cadangan minyak waktu itu dijual, serta memperkuat keamanan energi,” kata Departemen Energi AS dalam pengumuman hari Jumat pekan lalu.
Menyusul pemberitahuan itu pada Jumat petang harga minyak diperdagangkan dengan harga $75 per barel.
Sebelumnya pemerintahan Biden mengumumkan rencana pembelian sekitar 700 juta barel minyak untuk mengisi tangki cadangan ketika harganya menyentuh kisaran $70 per barel.
Selain itu, Departemen Energi berencana menukar 2 juta barel minyak mentah untuk memenuhi suplai darurat yang disebabkan oleh penutupan jalur pipa Keystone yang dikelola TC Energy Corp, kata seorang pejabat senior hari Jumat. Dalam pertukaran itu, sebuah entitas – biasanya pengilangan minyak – meminjam minyak dari SPR untuk jangka pendek tertentu kemudian membayarnya kembali secara utuh ditambah minyak dalam jumlah tertentu. Jadi, seperti kredit uang di bank yang dilunasi dengan membayar pinjaman pokok ditambah bunga.
Pembelian kali ini akan dilakukan dengan peraturan baru, di mana Departemen Energi AS membeli minyak dengan harga tetap yang diputuskan saat penandatanganan kontrak.
Sebelumnya, Departemen Energi bisa membuat kontrak pembelian minyak untuk dikirim di masa depan, tetapi harga yang dibayarkan sesuai dengan harga pasaran yang berlaku saat pengiriman.*