Hidayatullah.com–Arab Saudi sedang dalam proses mengembangkan program energi atom untuk mengurangi ketergantungannya pada minyak, kutip Reuters.
Kebijakan untuk menyaksikan kegiatan nuklir dibatasi untuk tujuan perdamaian yang disetujui oleh Kabinet Arab Saudi kemarin beberapa hari sebelum Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Salman mengunjungi Washington.
“Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, namun tanpa diragukan lagi jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera menyusul secepatnya,” ujar Pangeran Mohammad bin Salman mengatakan kepada CBS dalam sebuah wawancara yang akan disiarkan pada hari Ahad.
Baca: Menlu Saudi: Kesepakatan Nuklir Iran Tak Dapat Dipercaya
Negara tersebut telah menyatakan keprihatinannya atas krisis nuklir di Asia Barat yang dapat membahayakan usaha mereka untuk mengembangkan program tersebut.
Dikutip AFP, Arab Saudi berencana untuk membangun 16 reaktor nuklir selama dua dekade ke depan.
Tahun lalu, raksasa teknologi milik negara Rusia, Rosatom, menyataka siap membangun reaktor nuklir modern di Arab Saudi jika kerajaan kaya minyak tersebut memutuskan untuk mengadakan tender.
Selain Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, Prancis dan China juga mengajukan penawaran tender multi-miliar dolar untuk membangun dua reaktor nuklir pertama di Arab Saudi.
Pengekspor minyak utama dunia sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya menginginkan teknologi nuklir hanya untuk penggunaan damai namun tidak menjelaskan apakah ia juga ingin memperkaya uranium untuk menghasilkan bahan bakar nuklir, sebuah proses yang juga dapat digunakan dalam produksi senjata atom.*