Hidayatullah.com—Venezuela mengerahkan personel militernya ke hampir 100 pasar bahan makanan dalam upaya melawan “perang ekonomi”.
Presiden Nicolas Maduro yang memerintahkannya beralasan para pedagang seenaknya menaikkan harga-harga barang.
Venezuela saat ini mengalami inflasi tertinggi di dunia dan sangat kekurangan bahan pokok pangan rakyat. Banyak warga Venezuela yang dikabarkan kelaparan karena kesulitan mendapatkan makanan, lapor BBC Kamis (21/6/2018).
Presiden Maduro menyalahkan sanksi internasional dan pengusaha rakus sebagai kelangkaan bahan pokok di negaranya. Namun, para pengkritiknya menuding Maduro dan pendahulunya Hugo Chavez sebagai penyebab kehancuran negara kaya minyak itu.
Maduro mengatakan bahwa “pengambilalihan pasar-pasar daerah mendulang kesuksesan besar.” Tentara dan personel Garda Nasional dikerahkan untuk patroli, memantau toko-toko penjual makanan di seluruh penjuru negeri.
“Banyak anggota mafia, tengkulak, pencuri dan kapitalis, telah ditangkap,” kata Maduro perihal kebijakan patroli pasar yang diterapkannya. “Kami menemukan semuanya di sana, bahkan pelacuran,” imbuhnya.
Menteri Industri dan Produksi Tarek El Aissami mengatakan aparat menemukan kasus-kasus spekulasi harga, penimbunan barang serta manipulasi harga barang di pasar-pasar.
Aissami baru-baru ini didapuk untuk menduduki sebuah jabatan baru yang dibuat oleh Presiden Maduro sebagai bagian dari upaya memulihkan kembali perekonomian negara.
Kementerian baru itu dimasukkan dalam daftar sanksi oleh Amerika Serikat tahun lalu, setelah dituding sebagai sebuah lembaga yang sengaja dibentuk khusus untuk menyelundupkan narkoba oleh Departemen Keuangan AS. Maduro membantah tuduhan itu dan menyebutnya sebagai “agresi imperialis.”
Selain patroli pasar, Presiden Maduro juga mengumumkan kenaikan tiga kali lipat upah minimum dari 1 juta bolivar sebulan menjadi 3 juta. Dia juga mengatakan bahwa para pekerja akan menerima kupon makanan bernilai 2,2 juta bolivar.
Kebijakan kenaikan upah minimum itu merupakan yang keempat kalinya tahun ini. Para kritikus mengatakan kebijakan itu justru akan mendorong Venezuela ke dalam inflasi yang lebih dalam.
Dewan Nasional (parlemen) Venezuela yang dikuasai oposisi mengatakan tingkat inflasi pada bulan Mei menyentuh angka 24,600%. Sementara Bank Sentral Venezuela tidak mengeluarkan angka resmi inflasi sejak Desember 2015, demikian pula dengan pemerintah.
Seiring dengan kesulitan hidup yang mereka alami, banyak warga Venezuela yang pergi meninggalkan negaranya.
Sebuah laporan yang dirilis UNHCR belum lama ini menyebutkan bahwa krisis yang terjadi di Venezuela mendorong warga beranjak ke negara-negara tetangga. Diperkirakan 5.000 orang meninggalkan Venezuela setiap harinya.*