Hidayatullah.com–Sebuah laporan intelijen Pasukan Pembebasan Suriah memuat informasi tentang runtuhnya moral perwira tinggi rezim Bashar al Assad. Laporan tersebut menyebut para perwira tinggi Bashar terpaksa menggunakan obat-obat penenang untuk meredakan ketegangan yang menyiksa mereka.
Sebuah satuan intelijen luar negeri rezim Suriah yang sebelumnya beranggotakan 1300 orang dililit krisis serius. Satuan intelijen di bawah komando Brigjen Samih al Qasyma’i itu kini cuma beranggotakan 130 orang. Sebagian besarnya telah desersi atau bahkan bergabung ke barisan Pasukan Pembebasan.
Laporan tersebut menambahkan bahwa mayoritas perwira tinggi intelijen rezim dari berbagai satuan kini lebih memilih untuk tidak pulang ke rumah masing-masing. Mereka merasa lebih aman berkumpul bersama dan tidur di kantor. Itu dilakukan untuk dapat menikmati istirahat.
Sebagian perwira tinggi itu mengungkapkan tekanan mental yang mereka hadapi, bahwa mati lebih baik daripada kondisi depresi yang mereka rasakan. Memasuki semester ketiga revolusi, perlawanan rakyat semakin meluas dan semakin kuat. Dia merasa seakan berada dalam sebuah terowongan gelap yang tidak diketahui ujungnya.
Laporan tersebut menyusul informasi penghentian Rusia untuk pengiriman senjata baru ke Suriah. Walau Rusia tetap akan menuntaskan kontrak-kontral perdangangan sebelumnya. Demikian ungkap Vyacheslav Dzirkaln, deputi kepala badan kerjasama militer dan teknis Rusia di London beberapa waktu lalu (10/07/12).
Sebagaimana diketahui, peralatan militer dan senjata yang dipasok rezim Suriah dari Rusia berkontribusi secara langsung dan tidak langsung dalam tindak kekerasan terhadap para pendukung revolusi. Peralatan dan senjata tersebut termasuk senjata ringan, amunisi dan helikopter yang digunakan dalam pemboman wilayah Suriah.
Suriah bergantung pada tiga negara untuk akses terhadap pasokan senjata, di mana Rusia adalah pemasok utama hingga 78% dari impor senjata Suriah antara 2001 dan 2007; diikuti oleh Belarusia kemudian Iran.
Di sisi lain, unit media Hay’ah al Syam al Islamiyah yang merangkum informasi perkembangan mutakhir di Suriah menurunkan laporan tentang ribuan orang dari Garda Revolusi Iran dan elemen dari Hizbullah Libanon yang turut berperang di Suriah selama sebulan terakhir. Mereka ditugaskan untuk menghukum mati tentara Suriah yang tidak mematuhi perintah penembakan terhadap demonstran.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa seorang aktivis mahasiswa pro Hizbullah mengakui adanya 3000 elemen dari Garda Revolusi Iran dan 2000 dari Hizbullah yang terjun ke Suriah.*
Tulisan ini hasil kerjasama antara hidayatullah.com dengan Majalah Internasional Al-Bayan