Hidayatullah.com–Pembunuhan brutal yang dilancarkan oleh Rezim Bashar Al-Assad, dalam dua pekan terakhir terhadap Kota Aleppo meninggalkan banyak kisah pilu.
Kali ini kesaksian datang dari seorang dokter yang sudah memasuki tahun keempatnya melayani masyarakat Aleppo. Dalam sebuah video wawancara berdurasi dua menit dan 31 detik, dr. Bakri Muadz menuturkan kisahnya.
“Saya bertugas di Aleppo sejak Jaisyul Hur (Tentara Pembebasan) menguasai kota ini tahun 2012 silam,” katanya mengawali cerita kepada Aljazeera, Rabu (04/05/2016).
Bakri Muadz adalah adik kandung dari dr. Muhammad Wasim Mu’adz. Seorang dokter anak yang mati dibunuh oleh Pesawat tempur rezim Nusyairiyyah. Wasim Muadz tewas bersama puluhan rekan dan pasien RS Al-Quds setelah sejumlah rudal menghancurkan rumah sakit tersebut beberapa hari yang lalu.
Baca: Mengenang Wasim Mu’adz, Dokter Periang Dari Timur Aleppo
Bakri Mu’adz sendiri yang menguburkam jasad saudaranya. Namun, hanya berselang satu jam setelah pemakaman berlangsung, dia harus melakukan sebuah operasi organ dalam demi menyelamatkan nyawa korban lainnya. Sehingga tak bisa larut dalam kesedihan.
“Masalah kami adalah, kami tidak punya waktu untuk bersedih. Bagaimana kami dapat larut dalam kesedihan sedangkan di depan kami ada nyawa yang harus diselamatkan?” katanya lagi.
Menurut Bakri Muadz, selama bertugas di Rumah Sakit anak Al-Quds, dia menyaksikan sendiri, pesawat tempur Pemerintah Bashar Al-Assad menyerang rumah sakit tersebut mencoba menghancurkannya. Karena, menurutnya, “Rumah Sakit Al-Quds sangat ramai pasien. Sekitar lima puluh pasien berobat setiap harinya ke sana,” terangnya.
Bertahan Walaupun Dibidik
“Sebenarnya target penyerangan pemerintah adalah dokter. Karena jika mereka berhasil membunuh satu orang dokter saja, sama artinya berhasil membunuh seratus pasien,” katanya.
“Insyaallah saya tetap di sini. Insyaallah saya akan menetap di Aleppo sampai pemerintah berhasil dikalahkan!” pungkasnya.*/MR Utama