Hidayatullah.com–Rezim Assad pada hari Ahad menyerang daerah pinggiran Damay Ghouta yang terkepung di Damaskus dengan gas klorin, menurut White Helmets, sebuah badan pertahanan sipil Suriah.
Dilansir dari Anadolu Agency, seorang anak terbunuh dalam serangan yang menargetkan Kota Al-Shifoniya, agensi tersebut mengatakan di akun Twitter resminya, menambahkan tersendatnya kematian di antara warga sipil termasuk dua sukarelawan Pertahanan Sipil Suriah.
Pejabat Duma Hospital mengkonfirmasi kepada Anadolu Agency bahwa 16 orang telah diracuni dalam serangan kimia tersebut.
Pasukan rezim Bashar telah menyerang Duma tiga kali dengan gas klorin dalam dua bulan terakhir.
Baca: Hujan Bom di Ghouta Timur, Korban Sudah Lebih 500 Orang
Sebelumnya pada hari Ahad, pasukan rezim juga menyerang serangan udara dan artileri di kota Duma, Harasta, Al-Shifoniya, Kafr Batna, Saqba, Beit Sawa dan Al-Marj, kata seorang sumber White Helmets yang berbicara dengan syarat anonim karena alasan keamanan.
Daerah pemukiman di kota Jisr al-Shughur di provinsi Idlib barat laut juga dilaporkan mengalami serangan berat oleh pasukan rezim.
Pesawat tempur rezim juga menyerang Kota Kafr Zita di Provinsi Hama tengah, kata sumber tersebut.
Jumlah korban tewas akibat serangan tersebut meningkat menjadi lima, termasuk seorang wanita dan seorang anak.
Dewan Keamanan PBB pada hari Sabtu mengadopsi sebuah resolusi yang menyerukan gencatan senjata 30 hari di Suriah untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Keputusan gencatan senjata terjadi saat pasukan rezim mengintensifkan serangan terhadap Ghouta Timur dalam beberapa hari terakhir, menewaskan beberapa ratus orang.
Baca: Penduduk Suriah ‘Mempersiapkan Diri untuk Mati, sementara Bashar Terus Hujani Bom di Ghouta
Rumah bagi sekitar 400.000 penduduk, Ghouta Timur berada dalam jaringan zona de-eskalasi – didukung oleh Turki, Rusia dan Iran – di mana tindakan agresi dilarang.
Resolusi tersebut, yang disiapkan oleh Swedia dan Kuwait, juga menyerukan evakuasi medis 700 orang, terutama di Ghouta Timur, yang telah dikepung selama lima tahun terakhir, mencegah pengiriman makanan dan obat-obatan dan membiarkan ribuan pasien yang membutuhkan pengobatan.
Suriah telah terkunci dalam perang sipil yang menghancurkan sejak awal 2011 ketika rezim tersebut menindak demonstran dengan keganasan yang tak terduga.
Menurut pejabat PBB, ratusan ribu orang terbunuh dalam konflik sampai saat ini.*/Sirajuddin Muslim