Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan serangan rudal di Suriah berhasil menghancurkan sebagian besar dari stok senjata kimia Pemerintah Suriah.
“Sebagian besar gudang senjata kimia telah dihancurkan. Banyak yang hancur dalam serangan semalam,” kata Le Drian kepada televisi BFM, seperti dikutip AFP.
“Jika garis merah dilanggar lagi, maka akan ada serangan baru,” ujar Le Drian sebagaimana dikutip Anadolu Agency.
Dia mengatakan tujuan serangan udara bersama telah dipenuhi dan menambahkan: “saya pikir pelajaran telah dipelajari.”
Serangan Prancis, yang menggunakan 12 rudal jelajah, jet tempur dan kapal perang, adalah keputusan besar militer di bawah Presiden Emmanuel Macron yang pertama sejak menjabat Mei tahun lalu.
Macron telah berulang kali bersumpah Prancis akan campur tangan jika rezim Suriah melintasi “garis merah” dan menggunakan senjata kimia di Suriah.
Baca: Putuskan Serang Suriah, AS Tembakkan 100 Rudal Tomahawk
Menteri luar negeri mengatakan sebagian besar arsenal kimia Suriah telah dihancurkan, dan semua jet Prancis kembali dengan selamat.
Le Drian bersikeras bahwa penting untuk terus berbicara dengan Rusia, dan bahwa perjalanan Macron ke St. Petersburg pada akhir Mei akan berjalan sesuai rencana.
“Tindakan ini proporsional dan telah ditargetkan, tidak ditujukan pada sekutu Assad atau penduduk sipil,” kata Le Drian sebelumnya dalam pernyataan bersama bersama dengan Menteri Pertahanan Florence Parly.
Parly mengatakan “Rusia telah diperingatkan sebelumnya”. Dia menambahkan bahwa Prancis “tidak mencari konfrontasi, dan kami menolak kemungkinan eskalasi militer”.
Amerika Serikat, Inggris dan Prancis bersama-sama meluncurkan serangan awal pada hari Sabtu dengan sasaran pusat penelitian senjata kimia yang diduga milik rezim Assad di dekat Damaskus, gudang senjata kimia dan pusat komando yang terkait dengan senjata kimia yang terletak di sebelah barat Homs.
Baca: Bashar al-Assad ‘Bersembunyi di Bunker’ Bersama Pejabat Iran Jelang Serangan Udara AS
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Staf Gabungan AS Joseph Dunford dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan Amerika James Mattis.
The White Helmets, sebuah badan pertahanan sipil, menyalahkan rezim Assad atas dugaan serangan kimia awal bulan ini, yang dikatakan menewaskan 78 warga sipil dan melukai ratusan lainnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, memutuskan operasi gabungan untuk menyerang Suriah, Sabtu (14/4/2018), dengan alasan mengincar fasilitas yang dicurigai sebagai pusat persenjataan kimia pasukan Bashar Al Assad di Damaskus.
Dalam serangannya, AS dan sekutunya menembakkan lebih dari 110 rudal jelajah. Kementerian pertahanan Rusia melaporkan sejumlah besar rudal berhasil dihadang oleh pertahanan udara Suriah.*