Hidayatullah.com–Penderitaan nampaknya masih terus membelenggu warga Aceh. Setelah menderita akibat penerapan DOM, kini sebuah laporan menunjukkan banyaknya peningkatan kasus gangguan jiwa akibat efek perang. “Sesuai hasil penelitian petugas kesehatan jiwa di sebuah kecamatan di Aceh Besar, dari 12 kasus ternyata sebelas orang diantaranya sudah terganggu jiwanya,” kata Kepala Dinas Kesehatan NAD, dr. Mulya A. Hasjmy Sp.B kepada pers di Banda Aceh, Kamis (11/9) seperti dikutip Antara. Penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial terus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan dokter ahli (spesialis jiwa), guna menekan angka korban gangguan kesehatan jiwa di kalangan generasi muda di Aceh. “Angka kongkret tentang jumlah penderita gangguan jiwa di Aceh belum ada dan itu bukan berarti di daerah ini tidak ada masyarakat terganggu jiwa akibat konflik berkepanjangan,” katanya. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dilakukan selama digelarnya operasi terpadu, sejak 19 Mei 2003, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan anggota TNI/Polri terus melakukan pengobatan kepada masyarakat secara cuma-cuma. “Selain pengobatan massal, kami juga melakukan kegiatan khitanan massal terhadap anak-anak kurang mampu, termasuk anak-anak di lokasi pengungsian,” katanya. Pelayanan kesehatan lain yang dilakukan selama ini, termasuk operasi bibit sumbing, dan pemberantasan penyakit malaria, guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Misalnya pada Kamis kemarin sebanyak 87 warga kurang mampu di Kabupaten Pidie mendapat pelayanan gratis berupa operasi katarak dan bibir sumbing dari Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Kepala Dinas Kesehatan NAD, Mulya A. Hasjmy di Sigli, Kamis, menyatakan, kegiatan yang melibatkan ahli bedah mata dan anasthesi tersebut dipusatkan di Rumah Sakit Umum Sigli yang berjarak sekitar 110 Km dari Banda Aceh. Sebanyak 87 pasien yang berasal dari sejumlah desa terpencil di kabupaten sentra produksi kerupuk emping melinjo di Aceh itu terdiri atas 80 orang penderita katarak dan tujuh orang lainnya penderita bibir sumbing. Pada kesempatan itu, Mulya Hasjmy memberi bantuan uang senilai Rp 5 juta kepada keluarga almarhum M.Ikbal Maksudi, Kepala Pos Pembantu Kesehatan Lhok Kaju, Kecamatan Indrajaya, Pidie. Bantuan tersebut diterima oleh istri almarhum, Julaifa Hanum. M. Ikbal korban menembakan oleh kelompok Gerakan Separatis Aceh (GSA) pada 13 Agustus 2003 ketika sedang menjalankan tugas. Sementara itu, sebanyak 80 orang anggota perintis sabhara Polda Riau diberangkatkan ke Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Kapolda Riau Brigjen (Pol) Drs Deddy S Komaruddin di Pekanbaru, mengatakan, ke 80 anggota sabhara yang dipercayakan untuk mengembang tugas mulia itu merupakan prajurit-prajurit pilihan. Kapolda mengharapkan, agar anggota yang bertugas ke NAD ini dapat membawa nama kesatuan Polri. Jalin kerjasama yang baik dengan masyarakat, melalui sikap melayani, melindungi dan mengayomi. (Ant/sk)