Hidayatullah.com–Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni terharu ketika menyaksikan qori tuna netra, Hadiyan Akbar, yang hafal Al-Quran, menyatakan Sabtu (20/6), ingin mengaji di Pondok Pesantren Al Falah Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Karena sangat terharunya, Maftuh pun sempat meneteskan air mata ketika berpidato. Layaknya seorang bapak, usai pidato ia memberi hadiah khusus kepada Hadiyan. Lalu di atas panggung, Menag mengajak Hadiyan duduk di sisi kanannya.
Menag menjelaskan, penyelenggaraan MTQ dalam beberapa tahun terakhir, biayanya terlalu tinggi namun hasilnya tak sepadan. Infrastruktur yang dibangun hasilnya tak optimal, karena itu untuk Seleksi Tilawatil Al-Quran (STQ) yang sudah berjalan cukup lama, kegiatannya tetap diadakan tanpa hura-hura.
Demikian pula MTQ tingkatan nasional akan dievaluasi, sejauh mana manfaatnya. Sebab, jika anggaran yang dikucurkan untuk hal itu kecil, maka lebih baik dialihkan untuk pendidikan, katanya.
“Jika itu dapat dilakukan, maka anggaran yang ada penggunaannya akan jauh lebih bermanfaat,” tegas Maftuh.
Pada kesempatan itu Menag juga menjelaskan bahwa pembinaan santri di pondok pesantren banyak mengalami kemajuan. Namun ia mengingatkan agar santri tetap fokus pada pelajaran, jauh dari kegiatan unjuk rasa.
Menurut ia, pondok pesantren punya peran besar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Ia berharap kondisi ini tetap terus terjaga, sekaligus meningkatkan kualitas para santrinya.
Menag berjanji akan menetapkan standar bagi seluruh pondok pesantren, sehingga ke depan lulusannya dapat belajar di perguruan tinggi negeri dan luar negeri.
Usai acara, Menag Maftuh memberi bantuan Rp100 juta pada Pondok Pesantren Al Falah pimpinan KH Ahmad Syahid, yang didirikan tahun 1980-an. KH Ahmad Syaid merupakan juara pertama pada MTQ tingkat nasional pertama di Makassar pada 1968.
Hadir pada acara itu Firdaus, Direktur Pendidikan Madrasah, mantan Dubes RI Bairut, Abdullah Syarwani, Direktur Pendidikan Pondok Pesantren Fuad, dan Kanwil Depag Jabar Muh. Lutfi. [ant/hidayatullah.com]