Hidayatullah.com– Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni mengimbau para pemimpin pondok pesantren (Pontren) meningkatkan kebersihan lingkungan dan mengembangkan pola hidup sehat.
Imbauan tersebut ia kemukakan di Malang, terkait meningkatnya kasus flu H1N1 di kalangan para santri di sejumlah Pontren belakangan ini.
Menag mengaku telah mendapat laporan yang menyebut banyak santri menderita flu babi, H1N1. Namun jenis flu tersebut belum dikonfirmasi lagi, apakah benar yang diderita para santri seluruhnya akibat H1N1.
Kendati demikian, Menag berharap, para pimpinan Pontren untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan masing-masing agar para santri terhindar dari berbagai penyakit. Menjaga kebersihan dan kesehatan sangat penting agar santri tak terganggu dalam menuntut ilmu.
Menag Maftuh mengatakan, mencegah penyakit lebih baik, daripada setelah terserang lalu mendatangi rumah sakit.
Bila dicermati secara jujur, kata Menag, masih banyak lingkungan Pontren belum mengindahkan pola hidup sehat. Padahal di Pontren kerap didengungkan bahwa kebersihan itu sebagian dari iman.
Karena itu pula ia mengajak para santri, para ustadz, dan ulama, untuk bersama-sama meningkatkan pola hidup sehat di Pontren.
Terkait dengan flu babi, ia mengatakan pula, penyakit tersebut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, ia mengimbau petugas kesehatan terdekat, seperti Puskesmas, agar lebih peduli dan pro aktif mendatangi santri yang menderita atau terserang flu H1N1.
Minta penjelasan pemerintah
Sementara itu, terkait isu flu babi menyerang santri, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), KH Hasan Mutawakkil Alallah meminta pemerintah menjelaskan masalah virus flu babi secara lengkap kepada masyarakat, agar tidak terjadi keresahan di tengah masyarakat.
“Saat ini flu A-H1N1 terkesan lebih mengerikan ketimbang flu burung H5N1. Padahal, tingkat kematian atau mortalitas flu A-H1N1 sangat kecil hanya 0,000 sekian, sedangkan flu burung 80 persen. Tapi, flu A-H1N1 memang sangat mudah menular,” tutur KH Mutawakkil kepada wartawan di Kantor PWNU Jatim, Surabaya, Kamis (30/7).
Dikatakannya, karena belum adanya keterangan yang jelas dan lengkap, mengakibatkan flu A-H1N1 seakan menjadi teror dan meresahkan masyarakat.
Di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo yang diasuhnya, 22 santri putri yang sebelumnya diduga terkena virus itu, dinyatakan negatif A-H1N1. Para santri sebelum ini dirawat ke RSUD Probolinggo dan seorang di antaranya dirujuk ke RSUD dr Soetomo.
“Kenyataannya, tidak ada santri Genggong yang positif A-H1N1. Malah ketika dipulangkan dari RSUD dr Soetomo, dokternya tidak muncul dan menjelaskan apa pun. Dipulangkan begitu saja,” tutur KH Mutawakkil. [cha/ant/hidayatullah.com]