Hidayatullah.com–Umat Islam saat ini sedang mengalami krisis dalam percaturan politik di Indonesia. Hal ini karena banyak politisi Islam kehilangan komitmennya terhadap penegakan syariat Islam.
Partai-partai Islam cenderung bermuka dua di hadapan penguasa dan umat. Di depan umat bicara dakwah, di depan penguasa mengaku partai terbuka. “Kalau sudah paham Islam, namun mengkritik perda syariat dan mengumumkan secara terbuka menolak penegakan syariat Islam, ya wajar kalau umat Islam tidak percaya pada politisi Islam seperti itu,” kata pemikir Islam, Dr. Adian Husaini kepada Hidayatullah.com.
Menurut Adian, tidak ada role model partai Islam terbaik dalam sejarah Indonesia selain Masyumi. Masyumi meskipun menyatakan loyalitasnya kepada Pancasila, tapi mereka tegas menyatakan ingin memajukan Indonesia dengan nilai-nilai Islam.
“Muhammad Natsir tidak pernah menyatakan dirinya kontra perda Syariat, apalagi tidak mendukung syariat Islam. Justru dia dikenal paling depan dalam membantah ide-ide sosialismenya Aidit,” jelas Adian.
Senada dengan Adian Husaini, penulis buku ternama Artawijaya juga menyatakan, partai-partai Islam selalu menggunakan strategi muka dua, akibatnya pelan-pelan tingkat kepercayaan umat terhadap partai Islam hilang dengan sendirinya.
“Saat ini kelompok liberal justru mendapat penolakan kuat di masyarakat. Mereka kini bermain di lobi politik eksekutif dan yudikatif. Harusnya partai Islam bisa menjadi benteng umat Islam di parlemen, bukan justru berkompromi,” jelas Artawijaya, usai kegiatan beda buku “Indonesia Tanpa Liberal” Di Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (21/10/2012).
Salah satu bukti kekuatan lobi liberal, menurut Arta, adalah batalnya pembubaran Ahmadiyah pada tingkat eksekutif. Kelompok liberal juga masih terus bergerilya untuk membatalkan hukum syariat Islam di Aceh melalui Departemen Dalam Negeri. Kelompok Liberal tidak segan-segan menggugat UU No:1 PNPS Tahun 1965 mengenai penistaan agama.
“Yang paling menyedihkan mereka memasang seorang gay bernama Dede Oetomo sebagai calon Komisioner Komnas HAM. Kita tinggal menungga saja bagaimana kelanjutan RUU KKG jika Dede Oetomo lolos ke Komnas HAM,” jelas Arta lagi.
“Sementara liberal begitu gencar mendominasi perpolitikan, partai Islam justru ikut hanyut dalam hegemoni itu dan seperti semakin kehilangan jenis kelaminnya,” tambah Arta.
Membenarkan Adian Husaini, Arta menilai, harusnya para politisi Islam mengapresiasi besarnya resistensi masyarakat terhadap ide-ide liberal, baik dalam kerangka agama hingga ekonomi dan peta perpolitikan di Indonesia.*