Hidayatullah.com — Kalau konsep dinar disampaikan dengan baik kepada umat, banyak yang akan tertarik. Ini akan memerdekakan dari ketergantungan dolar, apalagi jika negara-negara Timur Tengah dan negara-negara yang tergabung dalam OKI, membuat kesepakatan untuk menggunakan dinar, pasti akan membuat Amerika kalang kabut dan sewot.
“Ini secara ekonomi manfaatnya jika dinar dirham diterapkan. Saya kira tidak akan ada yang menolak. Sejak masa Nabi dan raja-raja, sistem dinar dirham ini sudah dipakai,” kata Sekjen Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Muhammad Syakir Sula, kepada hidayatullah.com belum lama ini.
Secara umum, kata Syakir, dampak positif penerapan dinar sudah diketahui. Misalnya dapat menekan inflasi, sektor jual belinya riil, dan integritas suatu negara tidak tergantung pada dolar.
“Itu sebabnya sekarang Eropa tidak mau terantung kepada dolar. Ada 11 negara di Eropa menyepakati mata uang sendiri yaitu Euro. Antarmereka itu dalam melakukan transaksi apa saja sudah tidak pakai dolar,” papar Syakir.
Anggota Pleno DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-MUI) ini mengutarakan, Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, sangat memungkinkan penerapan konsep ekonomi syariah dinar dan dirham.
“Mestinya harus memungkinkan. Cuma butuh waktu lama untuk itu, terutama dalam aspek regulasi,” imbuh Syakir.
Kapan itu bisa terealisasi? Kata Syakir Sula, kuncinya adalah regulasi yang harus diubah.
“Ini tergantung akselerasi yang dilakukan para praktisi dinar dirham, pihak-pihak yang concern terhadap ekonomi syariah, dan terutama adalah pemerintah Indonesia,” tandasnya. [ain/hidayatullah.com]