Hidayatullah.com–Bertempat di ruang Kalam Salman ITB, Jum’at malam (9/7) pendeta Abraham Ander(55) atau yang akrap dipanggil Bram harus menandatangani surat pernyataan yang terdiri dari tiga butir tersebut. Isi peryataan antara lain berisi bahwa pendeta Bram mengakui perbuatannya dengan sengaja telah membagikan sembako kepada penduduk Babakan Ciparay Kota Bandung yang diakhiri dengan pembaptisan dengan mengucap atas nama Tuhan Yesus.
Surat pernyataan ini adalah bagian dari buntut dari pengakuan pendeta Abraham beberapa hari lalu terhadap masalah dugaan pemurtadan terselubung berkedok bantuan sosial kepada beberapa warga Babakan Ciparay Kota Bandung.
Dalam pernyataannya, Bram ditemani dua orang rekannya yang mengaku dari sebuah LSM tanpa mau menyebutkan namanya.
Pendeta Bram juga mengaku menyesal karena telah menggunakan dalil-dalil dari ayat suci Al Qur’an (QS:Al Baqarah:138) dalam mempengaruhi orang lain. Dirinya juga mengakui pemahaman yang salah tentang Al Qur’an yang sebenarnya, sehingga menyebabkan orang lain (penerima bingkisan) tersebut keluar (murtad) dari agama yang dianutnya (Islam).
Pada butir terakhir pendeta Bram berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya yang keliru tersebut di wilayah hukum Indonesia serta siap menerima konsekuensi (sanksi) hukum jika kelak ia melanggarnya.
Menurut pemrakarsa acara tersebut, Hari Nugaraha dari LSM Insan Kamil, sedianya acara tersebut akan digelar di kantor MUI Kota Bandung. Namun karena sesuatu dan lain hal akhirnya disepakati di ruang Kalam Salman ITB.
Sebelum pendeta Bram menandatangi surat pernyataan tersebut, terlebih dulu diadakan dialog dua pihak di ruang yang sama.
Dr.KH. Asep Zaenal Aushof selaku perwakilan dari MUI Kota Bandung sempat menjelaskan seputar tauhid dalam ajaran Islam.
“Konsep Tuhan (Allah) dalam Islam itu ahad (tunggal), sehingga manusia dengan potensi akalnya meyakini akan adanya Tuhan (Allah),”papar Sekretaris Umum MUI Kota Bandung tersebut.
Dirinya juga mengapresiasi pendeta Bram yang meneliti ajaran Islam, namun meyayangkan jika tidak langsung pada sumbernya.
”Penelitian terhadap ajaran Islam harusnya langsung kepada kitab sucinya yakni Al Qur’an dan juga Hadits Rasulullah bukan sekedar dari buku Islam atau tulisanyang dikarang orang Islam,”imbuh Asep yang juga Dosen ITB tersebut.
Sementara pendeta Bram yang mengaku beragama Advent tersebut menjelaskan konsep Tuhan baginya sama dengan Islam.
“Kalau ada istilah tiga, itu hanya persepsi saja, intinya juga satu,”kata pendeta kelahiran Manado tersebut tanpa mau menjelaskan lebih lanjut.
Dirinya mengaku mempelajari Islam dari beberapa buku sejarah saja dan juga mengaku sering dialog dengan ulama yang tidak disebut namanya.
”Saya banyak pelajar Islam dari buku,salah satunya ini,” ungkapnya seraya menyodorkan sebuah buku berjudul, ”Kebenaran Yang Terungkap Dari Al Quran dan Alkitab Sesungguhnya Menyatakan Allah itu Maha Esa (Tauhid)” karangan Dr.Robert P.Welean Sr.
Buku tersebut sebenarnya sebuah tesis sedangkan Dr. Robert sendiri menurut pengakuan pendeta Bram adalah sahabatnya di Jakarta.
Saat dimintai komentar akan isi buku tersebut, Asep Zaenal Ausof belum berani menilai. Menurutnya Asep baru melihat dan belum membaca secara utuh.Untuk itu ia akan membaca dan mengkaji tulisan Robert tersebut.
Saat ditanya apa keinginan pendeta Bram terhadap ummat Islam? Dengan santai ia menjawab ingin hidup damai dengan ummat Islam.
Namun keinginan tersebut segera ditampik Asep Zenal Aushof, yang menyatakan mustahil terwujud jika pendeta Bram masih melakukan kegiatan yang sering memancing emosi ummat Islam.
Ditempat yang sama kepada hidayatullah.com, Hari Nugraha dari KPUB (Komite Peduli Ummat Bandung) mengatakan jika surat pernyataan tersebut bisa menjadi alat untuk meredam tindakan pendeta Bram dan kawannya untuk tidak melakukan tindakan yang bisa menyulut emosi ummat Islam.Sehingga ummat Islam khususnya di Bandung bisa kondusif.
“Bersama ormas dan elemen ummat Islam lainnya,kita akan pantau terus. Sebab menurut pendeta Bram sendiri,dirinya dan kawan-kawan dari Manado,Ahad (4/7) yang lalu katanya mereka baru saja mengadakan pengobatan gratis. Ini kan bisa menimbulkan kecurigakan lagi,” ungkap hari.
Untuk itu dirinya meminta jika pendeta Bram akan mengadakan bakti sosial hendaknya melibatkan unsur ummat Islam. Apalagi, sambungnya, pesertanya kebanyakan ummat Islam dan yang memberi bantuan orang non muslim.
Acara dialog dan penandatanganan surat pernyataan yang disaksikan beberapa perwakilan ormas Islam, termasuk petugas intel dari Polrestabes Kota Bandung tersebut nampak berjalan santai dan sesekali diselingi guyon.
Diakhir acara baik pendeta Bram maupun Asep Zaenal Ausof sepakat untuk melanjutkan dialog di tempat yang sama dilain hari,mengkaji Al Qur’an dan Alkitab.Malah Asep minta pendeta Bram untuk bisa mengajak teman-teman termasuk Dr.Robert. [man/hidayatullah.com]