Hidayatullah.com–Setiap orangtua pasti mempunyai keinginan agar anak-anaknya menjadi sholeh dan cerdas. Keinginan para orangtua itu bisa terkabul melalui peran lembaga pendidikan Islam.
“Namun sayangnya, pendidikan umat Islam rada ketinggalan dengan umat agama lain,” kata Adiwarman Azwar Karim, Pakar Ekonomi Syariah saat menjadi pembicara Tablig Akbar dan Talk Show “Mengelola Wakaf dan Pendidikan; Antara Harapan dan Tantangan” di Masjid Al Azhar Jakapermai Bekasi, Ahad pagi (11/7).
Untuk mengejar ketertinggalan, jelas Adiwarman, maka harus membangun infrastruktur yang bagus serta tenaga pengajar yang berkualitas. ”Resikonya para orangtua harus membayar sekolah yang mahal.”
Agar kalangan dhuafa dapat mengakses sekolah berkualitas tanpa harus mengeluarkan biaya mahal, maka harus dilakukan terobosan. Rasulullah pernah memberikan beasiswa dan santunan hidup kepada para ahli suffah, yakni golongan miskin tapi memiliki semangat untuk belajar. Kata Adiwarman, cara ini bisa dilakukan umat Islam Indonesia.
”Hal ini seperti yang dilakukan Dompet Dhuafa dengan mendirikan sekolah gratis bagi kaum dhuafa di Sawangan Depok, Mereka memanfaatkan wakaf tunai dari para sponsor dan donatur,” katanya.
Adiwarman menyarankan agar sekolah-sekolah Islam menomorsatukan nilai-nilai kejujuran dalam membentuk karakter anak didiknya. ”Buat apa cerdas tapi tak jujur. Lebih baik jujur walau tak cerdas,” jelasnya sembari tertawa.
Selain Adiwarman, di talk show ini hadir pula Qomari Anwar (mantan Rektor Uhamka Jakarta) dan Amin Suma (Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta). Talk show ini merupakan rangkaian acara dalam menyambut milad ke-25 Yayasan Wakaf Al Mujairien yang jatuh 9 Agustus 2010. [syaf/hidayatullah]