Hidayatullah.com—Setelah Satpol PP di Jawa Tengah mengoperasi anak jalanan dan anak-anak punk di sejumlah titik, kini giliran di Jawa Timur. Selasa (13/7) pagi, puluhan komunitas remaja punk yang sering dijumpai berkeliaran di jalanan di kawasan Kota Lumajang, terjaring razia.
Dalam pelaksanaan penertiban ini, Polres Lumajang berhasil menjaring 13 remaja dengan dandanan nyentrik dan bertampak lusuh yang berhasil dicakup di tempat mangkalnya, digiring ke Mapolres Lumajang. Bahkan, dua di antaranya adalah remaja putri yang tercatat masih berusia belasan tahun.
Kedua remaja putri penganut ideologi punk yang mengaku hanya protolan SMP dan berdomisili asal wilayah Kabupaten Jember, masing-masing bernama Silvian Nanda (17) –mengaku berasal dari Bekasi dan saat ini tinggal di Jl. Patimura, Kecamatan Gebang, Jember, dan Septiana Silakasiwi (17), asal Jl. Kalingga, Kebonsari, Jember.
Menariknya, ketika dicakup polisi, kedua cewek itu mengaku baru menginap semalaman di jalanan kawasan kota Lumajang. Alasannya, kedua cewek ini diajak teman komunitas remaja punk lainnya asal Kabupaten Jember, untuk bertemu dan kongkow bersama dengan komunitas remaja punk Lumajang.
”Kami berlima berangkat dari Jember, sejak kemarin. Tujuannya, iseng bertemu teman di Lumajang dan nongkrong bersama. Rencananya, nanti sore kami pulang lagi ke Jember,” demikian ungkap Silvian.
Setelah terjaring polisi, ke-13 remaja punk ini pun diboyong ke Mapolres Lumajang untuk diberikan pembinaan.
Sebelumnya, Satpol PP Purwakarta, juga telah menggaruk puluhan anak bergaya punk di jalanan. Selain itu, dikhawatirkan juga anak-anak jalanan tersebut berbuat hal-hal yang mengganggu kenyamanan masyarakat Purwakarta.
Awal bulan Juli lalu, sekelompok anak punk menyerang anggota Satpol PP yang sedang berpatroli dan mengejek dengan mengacungkan jari tengah hingga menyebabkan satu korban luka.
Kepala Dinas Satpol PP Depok Sariyo Sabani bahkan berjanji tetap akan memerangi anak punk dan anak jalanan di sejumlah titik perbatasan antara Depok dan Jakarta, serta Depok dan Bogor.
Gerakan punk yang pertama kali lahir di Inggris, pernah melanda Amerika di tahun 80-an, di saat negara itu menghadapi masalah ekonomi dan kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi.
Dengan dandanan aneh dan nyentrik, punk berusaha menyindir penguasa melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik.
Namun punk pernah dianggap sebagai glue sniffer dan perusuh di Inggris. Banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan dianggap melakukan berbagai tindak kriminal.
Namun belum lama ini, sebuah media nasional menulis, komunitas anak-anak punk di Batam justru ada yang rajin puasa di saat Ramadhan. Mereka meninggalkan jalanan dan pulang ke rumah masing-masing guna melaksanakan ibadah Ramadhan. [ant/ss/hidayatullah.com]