Hidayatullah.com—Sidang lanjutan kasus Ciketing kembali digelar, Kamis (20/1), di Pengadilan Negeri Bekasi. Sidang ketujuh yang melibatkan terdakwa Murhali Barda, Ketua nonaktif Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya ini menghadirkan empat saksi mahkota. Salah satunya adalah Aji Ahmad Faisal.
Aji adalah seorang seniman jalanan yang menjadi pelaku penusukan Asia Lombantoruan pada bentrokan Ciketing, 12 September 2010. Dalam kesaksiannya Aji mengungkapkan bahwa kehadirannya di Ciketing Asem bukan atas ajakan terdakwa Murhali.
Aji sama sekali tak mengenal terdakwa Murhali. ”Sebelumnya saya tak kenal dengan Murhali. Kenalnya ya saat kami sama-sama ditahan di Polda,” kata Aji kepada majelis hakim.
Aji mengaku bahwa ia ke Ciketing Asem diajak oleh teman ngamennya bernama Supriyanto (terdakwa lainnya). ”Saya diajak demo penolakan gereja ilegal. Sebelumnya saya tidak pernah ke Ciketing Asem,” katanya.
Tidak Diperintahkan Terdakwa
Aji mengisahkan bahwa bentrokan berawal ketika ia bersama rombongan yang berjumlah 11 orang tengah menuju Masjid Nurul Huda. Mereka menggunakan enam sepeda motor dengan jalanan beriringan. Aji dibonceng oleh Zaenal.
Ditengah perjalanan rombongan Aji berpapasan dengan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang sedang menuju tanah kosong yang digunakan untuk kebaktian. Massa HKBP diperkirakan berjumlah 200 orang berjalan kaki beriringan.
Aji melihat iringan HKBP memakan hampir semua badan jalan. Kondisi jalan saat itu memang berlubang dan terdapat sejumlah genangan air. ”Karena memang jalannya rusak, kami berusaha menghindarinya. Mencari celah jalan yang agak baik,” terang Aji.
Saat berkelok menghindari jalan berlubang, seseorang berkendara sepeda motor yang persis berada di depannya terlihat menyenggol salah seorang jemaat HKBP. ”Sepeda motor yang berada di depan saya itu juga tengah berusaha menghindar lubang. Namun, tiba-tiba pengendara motor itu diteriaki maling oleh massa HKBP. Orang tersebut bukan rombongan kami,” kata Aji.
Tak lama berselang, massa HKBP menendang sepeda motor yang ditunggangi orang tak dikenal tersebut hingga terjerembab. Salah seorang anggota rombongan Aji lalu berusaha menolongnya. Massa HKBP semakin beringas.
”Teman kami yang berusaha menolong pengendara tersebut malah diteriaki maling juga oleh HKBP. Mereka mengira kami satu sekelompok dengan pengendara itu,” papar Aji.
Setelah terjadi adu mulut, akhirnya baku hantam tak bisa dihindari. Massa HKBP semakin menjadi menyerang rombongan Aji. Karena tak berimbang, rombongan terpencar melarikan diri. Sepeda motor yang ditumpangi Aji sempat dikepung oleh massa HKBP.
”Beberapa kali motor saya ditendang oleh mereka. Tapi tak sampai jatuh,” jelas Aji.
Karena terdesak, Zaenal lalu memberikan sebilah pisau kepada Aji. Ia mengaku bahwa apa yang dilakukannya untuk menyelamatkan diri. ”Saya hanya mengayun-ayunkan pisau di atas motor. Saya tak mangarahkan pisau ke target tertentu. Yang berusaha mendekati, saya ayunkan pisau,” kata Aji.
Aji tak menyadari bila pisau yang diayunkannya itu melukai salah seorang jemaat HKBP yang kemudian diketahui bernama Asia Lombantoruan. Aji bahkan baru tahu dari media bila bentrokan itu mengakibatkan korban luka tusuk ”Memang ketika mengayunkan saya sempat merasakan pisau itu mentok,” katanya lagi.
Massa HKBP terus mengejar Aji dan Zaenal. Hingga akhirnya mereka terjatuh dari motornya setelah ditendang massa HKBP. Aji sendiri menyelamatkan diri. Sementara Zaenal, kata Aji, juga ikut melarikan diri meninggalkan sepeda motornya.
Meski telah melakukan penusukan, Aji mengatakan bahwa aksinya itu bukan perintah dari terdakwa Murhali Barda. ”Saya tak pernah diperintahkan oleh ustadz Murhali untuk melakukan kekerasan kepada massa HKBP. Jangankan diperintahkan seperti itu, berkomunikasi pun saya tak pernah. Saya tak punya nomor handphone ustadz Murhali,” ujarnya.
Dalam kesaksiannya Aji juga mengatakan bahwa massa HKBP terlihat ada yang membawa ikat pinggang berkepala gerigi.
Meringankan Terdakwa
Mendengar keterangan saksi Aji, Shalih Mangara Sitompul, SH, Kuasa Hukum Murhali kembali menegaskan bahwa kliennya memang tak terbukti memerintahkan kekerasan. ”Ini bukti bahwa ustadz tak menginstruksikan untuk melakukan kekerasan,” tandas Shalih.
Ketika ditanya soal sosok Zaenal yang masih misterius, Shalih menduga bila bentrokan ini ada campur tangan pihak luar. ”Ya saya menduga ke arah sana,” jelasnya kepada hidayatullah.com.
Namun, ia tak terlalu berharap bila pihak kepolisian dapat meringkus Zaenal yang hingga kini belum tertangkap.*