Hidayatullah.com–Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI), Dr KH Jalaluddin Rakhmat, MSc, menegaskan, tidak menutup kemungkinan umat Syiah melakukan perlawanan atas reaksi kekerasan yang menimpa umat Syiah, sebagaimana menjadi karakter umat Syi’ah yang akan melawan bila terus menerus mendapat penyerangan.
“Dalam sejarahnya bila Syi’ah diserang lebih dulu, dia akan menyerang balik. Seperti yang terjadi pada revolusi Iran yang digerakkan oleh kaum Syi’ah,” kata Jalaluddin Rakmat, sebagaimana dikutip Harian Duta Masyarakat, Jumat (18/2), menanggapi kekerasan yang menimpa Ponpes YAPI di Pasuruan, Jawa Timur. Sekedar diketahui IJABI merupakan organisasi resmi yang mewadahi Syi’ah di Indonesia.
Dia menuturkan, sejumlah organisasi Syi’ah dari sejumlah negara sudah menyatakan siap membela rekan-rekannya melakukan perlawanan bila Syi’ah di Indonesia dizalimi. Namun, dia meyakinkan, anggota Syi’ah yang tergabung dalam IJABI tidak akan melakukan tindakan kekerasan.
“Saya jamin yang tergabung dalam IJABI tidak akan terprovokasi. Entah kalau di luar IJABI,” katanya.
Boleh dikritik
Jalal juga membantah bila YAPI merupakan ikon Syi’ah di Jawa Timur. Dia mengakui, pesantren YAPI memang peninggalan penganut Syi’ah, tapi penerusnya tidak mengembangkan Syi’ah dalam lembaga tersebut.
“YAPI itu sebagai ikon Syi’ah itu hanya persepsi masyarakat. Syiah di YAPI paling tinggal satu persen. Yang 100 persen Syi’ah justru ada di Malang, pecahan ahli waris YAPI,” paparnya.
Jalal juga mengklaim tak ada perbedaan mendasar antara Syiah dengan yang lain, kecuali tentang pandangan siapa yang harus diikuti tauladannya setelah Nabi Muhammad wafat.
Menurutnya, Syi’ah berpandangan sahabat Nabi yang harus diikuti adalah yang masih kerabat atau ada ikatan keluarga dengan Nabi Muhammad SAW.
“Secara teologis memang ada perbedaan tentang sahabat Nabi. Syi’ah memandang bahwa sahabat Nabi tidak ada yang bebas dari kritik. Semua harus dikritik termasuk Sayidina Ali. Sementara sunni selalu meyakini sahabat Nabi tidak boleh dikritik. Bahkan menganggap sahabat nabi sama dengan Nabi,” paparnya.
Jalal juga menampik tentang isu nikah mut’ah. Secara jujur, Jalal mengakui secara legal Syi’ah tidak mengharamkan nikah mut’ah. Tapi menurutnya, sudah lama, sebagian besar ulama Syi’ah menyarankan untuk tidak mempraktikkan nikah mut’ah tersebut.
“Memang bagi Syi’ah nikah mut’ah itu secara fiqih legal tapi sebaiknya tidak dipraktikkan dengan pertimbangan sosio kultural,” tegasnya.
Mengganggu
Di harian yang sama, Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Hasan Mutawwakil Alallah mengatakan, orientasi Syi’ah adalah politik, karenya keberadaan Syi’ah bisa mengganggu pemerintah. “Yang namanya imam itu, bagi mereka adalah pemimpin pemerintahan. Yang namanya Syi’ah itu, selalu connecting dengan pemerintahan. Kalau tidak hati-hati, bisa mengganggu pemerintahan itu saja, ” ujarnya.
Sementara itu, dalam artikel berjudul “Apakah Syi’ah Itu?”, KH. Achmad Zein Alkaf, Ketua Bidang Organisasi Yayasan Albayyinat Indonesia yang juga A’wn Syururiah PWNU Jawa Timur menulis bahwa tokoh-tokoh Syi’ah sedang giat menyesatkan umat Islam dari ajaran sebenarnya.
“Hal mana karena Syi’ah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan di dalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita. Tokoh-tokoh Syi’ah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.”*