Hidayatullah.com–Ketua Asosiasi Bank Syariah Seluruh Indonesia (Asbisindo), A Riawan Amin mengatakan bahwa perbankan Islam berada di jalur utama keuangan dunia, meskipun belum banyak digunakan oleh kebanyakan orang.
Hal itu disampaikan A Riawan Amin di London, Selasa (15/3) sehubungan dengan keikutsertaannya dalam acara diskusi roundtable Security Committee Oxford Centre for Islamic Studies (SC-OCIS) yang diadakan di Universitas Oxford, Inggris selama dua akhir pekan.
Dikatakannya, diskusi yang diadakan setiap tahunnya bertujuan membahas isu-isu strategis serta pengamanan ekonomi dan keuangan Islam berdasarkan perkembangan paling mutakhir di seluruh dunia.
Menurut A Riawan Amin , banyak pemimpin dan masyarakat dunia menerima sistem keuangan dan perbankan Islam, yang dirasakan lebih transparan, informatif, serta memiliki sistem pengendalian risiko yang lebih baik dan adil.
Para investor merasa lebih tenang karena uangnya dikelola secara aman, dengan bagi hasil yang adil dan pelaporan berkala serta diawasi dewan pakar yang cerdas serta berdedikasi tinggi, ujarnya.
Diakuinya dalam sistem keuangan dan perbankan Islam risiko ketidakjujurannya (moral hazard) lebih kecil, pemantauannya lebih sering serta transparan, bagi hasil lebih adil bagi semua pihak.
Ia menilai, perbankan dan ekonomi Islam makin diminati karena sangat cocok untuk siapa saja di masa-masa mendatang.
Dikatakannya, bila Indonesia ingin berperan di kancah perbankan dunia, yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui perbankan dan ekonomi Islam yang bisa dilaksanakan dengan baik.
Pertemuan membahas sistem keuangan Islam ke dalam arus utama, bagaimana prospek sistem keuangan Islam di dunia internasional, saat ini dan tahun-tahun mendatang.
Menurut Riawan, perbankan Islam cocok untuk masyarakat Islam dan cocok juga bagi masyarakat keuangan konvensional. Sebaliknya keuangan konvensional tidak cocok untuk umat Islam yang taat.
Jadi perbankan Islam sudah berada di jalur utama keuangan dunia, namun belum digunakan oleh kebanyakan orang di dunia, ujarnya.
Kurang Informasi
Diakuinya tantangan dan kendala sistem keuangan Islam di dunia saat ini adalah kurangnya informasi untuk mendapatkan layanan keuangan dan perbankan Islam.
Di sisi lain umat Islam yang mendapatkan informasi yang berkelebihan, justru masih meragukan potensi, efektifitas, serta pengamanan risiko sistem perbankan dan keuangan Islam.
Sementara berbicara mengenai prospek sistem keuangan Islam di Indonesia, A Riawan Amin mengakui kebanyakan bank masih latah. Wait and See. Mengikuti peluang pasar, dan ada juga yang dengan berat hati menyediakan layanan keuangan serta perbankan Islam.
Hal ini karena perbankan serta keuangan Islam masih dianggap sebagai alternatif, bahkan oleh sebagian orang dianggap ekstrim dan belum dianggap sebagai solusi kehidupan bisnis yang berkeadilan.
Menurut Riawan, Asbisindo telah berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengusulkan peraturan agar paling lambat pada akhir 2012, setiap titik layanan perbankan di Indonesia wajib menawarkan layanan perbankan serta keuangan Islam.
Dengan demikian di setiap titik layanan terjadi persaingan sehat dan kesamaan peluang antara perbankan Islam dan perbankan konvensional.
Saat ini perbankan dan keuangan Islam bukannya kurang diminati konsumen, tapi lebih sering justru tidak ditawarkan oleh penjual, ujarnya.
Di Indonesia, perbankan lebih dipahami masyarakat yang gemar menabung, sehingga Perbankan Islam tampak lebih cepat berkembang.
Asbisindo berharap undang-undang perbankan syariah yang ada isinya diubah untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan sistem keuangan Islam, khususnya perbankan syariah.
Selama ini undang-undang perbankan syariah lebih banyak membebani dan mengatur kehidupan bank-bank syariah yang selama ini sudah sulit.
Selain ketentuan tambahan yang wajib dilaksanakan bank syariah, mengakibatkan perbankan syariah sulit bersaing dengan bank konvensional, demikian A Riawan Amin.*