Hidayatullah.com—Merebaknya berita NII dan isu Pondok Pesantren Al Zaitun sebagai basis NII KW9 menjadi penasaran masyarakat. Di Surabaya, beberapa mahasiswa dan masyarakat bahkan memiliki video pidato mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono saat berkunjung ke Al Zaitun sebagaimana telah dirilis di laman Youtube.
Dalam acara itu, Hendro banyak memberi pujian dan dukungan terhadap pesantren yang kini menjadi perhatian banyak orang ini.
“Ya penasaran, kan isunya Al Zaitun itu dibeckingi orang-orang berpengaruh,” ujar Abdullah (32) yang mengaku mendapatkan video ceramah Hendro dari internet.
Dalam video berjudul ”Kunjungan Kepala BIN Bapak Hendro Priyono ke Ma’had Al-Zaytun Indramayu” itu Hendro sempat memperkenalkan rombongan besarnya. Di antaranya Deputi (Wakil Kepala) Produk Intelijen: Bey Sofwan, Mayor Jendral (Pol.) Atok Rianto (mantan Kapolda Kalimantan), Muaman Rachman (sekretarisnya) kala itu, Kolonel Abdul Mutalib Ambong, Sukrisno (Kala itu Direktur Luar Negeri BIN), Joharman (kala itu Komandan Satgas Operasi Intelijen Dalam Negeri).
“Ini semua Badan Intelijen Negara adalah saudara-saudara dari bapak/Ibu sekalian, diterima atau tidak diterima, mendaftar sebagai saudara dan pengikut Al-Zaitun (sambil tertawa). Saya juga bawa guru bahasa Arab saya, yaitu saudara Jamaluddin. Ini 32 tahun di Arab Saudi. Sama dengan Pak Harto 32 tahunnya,” ujar Hendro dalam video tersebut yang disambut tawa.
Sementara AS Panji Gumilang, yang duduk di baris depan nampak senang.
Sebelumnya, sumber Liputan6.com, (29/04) menyebutkan, Hendropriyono tercatat berkunjung ke Ma`had Al-Zaitun, Indramayu, Jawa Barat, 13 Mei 2003 silam. Ia datang mewakili Megawati Sukarnoputri, presiden saat itu.
Uniknya, Hendropriyono yang ketika itu notabene kepala badan spionase negara mengeluarkan ancaman akan menghajar siapa saja yang melawan Al-Zaitun.
Bahkan, dalam ceramahnya, Hendro mencap “iblis” bagi mereka yang menghujat keberadaan Al-Zaitun.
Seperti dikutip Liputan6.com, pernyataan kontroversial Hendro itu bahkan sempat membuat penulis buku serial “Musuh-Musuh Darul Islam”, Al-Chaidar, marah. Al-Chaidar sempat melaporkan Hendro ke Markas Besar Polri dengan membawa sejumlah barang bukti berupa video, 28 November 2003 silam. Namun, laporan itu sepertinya tidak pernah ditanggapi serius polisi.*