Hidayatullah.com—Berita banyaknya Wanita Tuna Susila (WTS) di lokalisasi Dolly-Jarak, Surabaya, semakin membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengusulkan segera melakukan penutupan lokalisasi maksiat yang diklaim terbesar di Indonesia ini.
“Memang ini salah satu yang menjadi alasan untuk mendesak pemerintah segera menutup lokalisasi ini, “ ujar Sekretaris MUI Jatim, Muhammad Yunus kepada hidayatullah.com, Rabu (22/02/2012) pagi.
Pernyataan MUI ini disampaikan menanggapi data baru jumlah WTS yang terinfeksi HIV/AID yang dirilis puskesmas tempat lokalisasi maksiat itu berada.
Data baru dari Puskesmas Putat Jaya, wilayah di mana lokalisasi gang Dolly berada, ada 99 kasus HIV/AIDS untuk tahun 2011. Pernyataan ini disampaikan dr Hartati, Kepala Puskesmas Putat Jaya.
“Tetapi bukan berarti jumlah kasusnya meningkat. Bisa saja karena jumlah PSK yang mau memeriksakan diri meningkat, “ ujarnya dikutip Harian Jawa Pos, Rabu. Menurut Hartati, sebelumnya, tahun 2010, di komplek Dolly-Jarak, telah tercatat 68 kasus terinfeksi.
Sebelumnya, guna merealisasikan pemberdayaan penghuni lokalisasi dan para WTS agar dapat hidup normal dan kembali ke jalan yang baik, MUI telah mendapat kucuran dana dari Kementrian Sosial (Kemensos) sebesar Rp. 459 juta.
Dana ini akan digunakan untuk ‘memandirikan’ ratusan WTS yang ada di wilayah tersebut.
Dana itu kemudian akan digunakan WTS untuk keluar dari jeratan dunia hitam dengan membuka usaha lain seperti warung kelontong, warung nasi, dan sebagainya.
“Masing-masing akan mendapatkan sekitar Rp. 3 juta,” ujarnya. Drs H Khoirun Syaib, Wakil Ketua IDEAL (Ikatan Dai Area Lokalisasi), salah satu sayap dakwah MUI di lokalisasi.
Seperti diketahui, langkah MUI mengentaskan WTS dari lubang kemaksiatan dengan cara lebih mulia tanpa konflik dan gesekan ini banyak mendapat simpati berbagai pihak. Jika tak ada aral-melintang, akhir tahun 2012 ini, pemerintah Jawa Timur bersama MUI bersepakat mentargetkan tutupnya tempat-tempat maksiat di Jawa Timur, khususnya Dolly.*
Foto: gang Dolly/detik