Hidayatullah.com–Penyebaran ide relativisme agama, feminisme hingga gaya hidup westernisasi dan lesbian, gay, biseks dan transgender (LGBT) sudah lebih dulu ada di komunitas Underground. Salah satu elemen underground yang paling gencar menyebarkan paham-paham tersebut adalah komunitas Punk dan Hardcore. Pemikiran-pemikiran tersebut disebarkan melalui Zine (Majalah Indie, red) yang difotokopi dan disebarkan dari tangan ke tangan dalam komunitas tersebut.
Demikian salah satu intisari diskusi yang disampaikan, Zakaria mantan tokoh komunitas Punk di Depok dalam kegiatan diskusi “Ketika Media Mainstream Berbicara Dusta, Maka Zine Harus Membungkamnya” di Depok, Sabtu (27/10/2012).
“Ya sejujurnya saya jadi anak punk sejak di SMP, dari mendatangi konser Punk saya mendapatkan banyak zine-zine yang menyebarkan pemikiran tersebut,” jelasnya.
Senada dengan Zakarian, Noor H Dee, penulis Lingkar Pena yang juga pernah menjadi bagian dari komunitas Punk mengakui bahwa pembahasan seks secara vulgar juga dilakukan melalui zine. Bahkan ide-ide mengkritisi agama hingga mentoleransi LGBT adalah hal yang lumrah dalam ide-ide gerakan Underground seperti Punk dan sebagainya.
“Dah itu udah saya temukan sejak saya menjadi Punk ketika SMP (sekitar tahun 1990-an),” jelas Noor H Dee yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.
Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Underground Tauhid (UT). UT sendiri merupakan gerakan yang hadir dikalangan tersebut dengan merubah konsep zine yang ada. Zine-zine underground yang identik dengan kebebasan relativisme agama hingga kompromi feminisme dan LGBT kini berubah.
Saat ini komunitas UT telah mencoba menyadarkan banyak anggotanya untuk gemar membaca dan menulis. Menurut Sekjen UT, Septiansyah Bahar diharapkan agar para penggerak UT bisa membuat banyak zine yang membantah ide-ide yang bertentangan dengan Islam tersebut.
“Tujuan kita mengadakan acara diskusi ini sebenarnya untuk menyemarakan perang pemikiran terhadap zine-zine yang mendopsi gagasan-gagasan sekuler dan westernisasi,” jelas Septiansyah kepada hidayatullah.com di akhir kegiatan diskusi tersebut.
Kegiatan diskusi yang dihadiri para praktisi dakwah underground ini sendiri hadir dari berbagai kalangan. Ternyata banyak umat Islam tidak mengetahui bahwa gerakan dakwah underground telah digerakkan oleh banyak anak muda Islam.
Selain komunitas Underground Tauhid hadir juga Komunitas Hambos (Jakarta), Komunitas Liberation Youth (Bandung), Komunitas Brigade Lawan Arus (Depok), Komunitas Punk Muslim bahkan #IndonesiaTanpaJIL dan beberapa mantan aktivis Punk yang kini telah Hijrah menjadi aktivis dakwah. Kebanyakan dari mereka menjadikan dunia musik underground sebagai medan dakwah mereka.*