Hidayatullah.com—Menyebut nama Habib Rizieq Shihab atau Front Pembela Islam (FPI), sebagian orang pasti mengaitkannya dengan kekerasan atau sikap garang. Wajar, di banyak media jejaring sosial, nama dan lembaga ini sering menjadi sasaran kecaman atau hujatan.
Tapi benarkah Habib Rizieq Shihab dengan FPI-nya adalah seorang yang keras dan garang? Untuk yang satu ini, sedikit orang yang rela datang untuk bertanya langsung, ber-tabayyun dan menemui sang Habib.
Adalah Fahira Idris, seorang wanita yang menekuni dunia kewirausahaan dengan terang-terangan berani mengunjungi Kantor DPP Jalan Petamburan untuk bertabayun terhadap fenomena kekerasan yang sering ditulis media massa dan selalu disematkan terhadap salah satu ormas Islam tersebut.
Alkisah, pada awal tahun 2010, di mana ketika masyarakat disibukkan dengan kasus Ciketing. Anak sulung pengusaha Fahmi Idris ini justru tidak tertarik ikut – ikutan menghujat FPI melalui Twitter atau Facebook, sebagaimana umumnya masyarakat Indonesia melihat FPI.
Fahira yang juga Ketua Saudagar Muda Minangkabau ini justru memilih mencari tahu di mana kantor sekretariat FPI. Melalui Uni Lubis, seorang temannya di Twitter yang juga seorang Pimred di sebuah stasiun televisi swasta, Fahira akhirnya mendapatkan juga alamat dan nomor telpon lengkap Kantor FPI.
Bersama 15 orang pengguna Twitter, Fahira mengunjungi Kantor DPP FPI guna mencari tahu langsung ketidak-setujuannya atas pemberitaan kekerasan yang sering dilakukan oleh organisasi Islam ini.
Rupanya, kedatangannya diterima langsung Habib Muhammad Rizieq Shihab dan seluruh pengurus DPP FPI. Fahira juga kaget, ketika itu ia juga bertemu Dr Jose Rizal dari MER-C.
Yang lebih kaget adalah sambutan yang diberikan pihak FPI kepadanya. Tidak “segarang” seperti yang sering ia dengar baik di media massa ataupun media jejaring sosial.
Bahkan Habib Rizieq justru menyampaikan rasa terima kasihnya atas kedatangan Fahira karena telah ber-tabayyun langsung ke FPI.
“Saya mengucapkan terima kasih karena Anda mau ber-tabayun ke majelis kami. Jarang sekali ada orang mau melakukan ini ketika mendengar berita berita mengenai FPI,” begitu ucapan Habib Rizieq sebagaimana diceritakan ulang Fahira kepada hidayatullah.com, Selasa (06/03/2012) kemarin.
Menurut Habib Rizieq, saat menerima Fahira, pemberitaan mengenai FPI selama ini media sangatlah tidak berimbang dan cenderung menjadi kendaraan dari kepentingan-kepentingan yang ingin membangun image buruk tentang organisasi ini. Terlebih setiap kasus-kasus FPI tersebut selalu dikaitkan dengan kasus-kasus lama yang sebenarnya sudah selesai secara hukum dan di mana FPI sudah mempertanggung jawabkannya secara konstitusi.
Karena itu, ketika banyak orang meminta FPI bubar, ia adalah salah seorang yang secara tegas menolak organisasi ini bubar.
Menurut Fahira, FPI punya hak berkumpul dan berserikat yang merupakan hak asasi manusia dan hak setiap warga Negara sebagamana dilindungi undang-undang.
“Selama itu bisa memberikan manfaat dan tidak melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat, kehadiran FPI adalah hak yang harus dihargai. Justru dengan bekerja sama bersama pihak kepolisian, FPI sebagai salah satu ormas Islam bisa menjadi alat katalisator masyarakat.”
Menurutnya, FPI bisa menjadi corong komunikasi untuk menginformasikan kegiatan kegiatan yang meresahkan masyarakat seperti asusila, kejahatan dan hal – hal yang melanggar norma agama lainnya. Namun FPI tetap harus menyerahkan hak eksekusinya kepada pihak berwajib.
Ketua harian PERBAKIN ini menyarankan agar FPI bisa lebih berani juga untuk melawan opini-opini miring yang tidak berimbang terhadap dirinya.
Salah satu kekurangan FPI, menurut Fahira, adalah masalah sosialisasi kegiatan dan program.
“Padahal banyak kegiatan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh FPI mulai dari bantuan relawan dan kemanusiaan di bencana Tsunami Aceh hingga ke Mesuji.”
Fahira juga berharap FPI bisa membuat sosial media untuk bisa meng-update setiap kegiatan-kegiatannya, agar masyarakat juga tahu setiap prestasi kegiatan baik keagamaan maupun sosial yang sudah dilakukan.
Ke depan, Fahira berharap FPI bisa lebih elegan dalam menghadapi permasalahan keumatan dan bisa melakukan kerjasama dengan baik bersama pihak berwajib.*/thufail