Hidayatullah.com–Tim relawan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA) menjadi delegasi Indonesia pertama untuk korban konflik Suriah akhir berhasil masuk ke camp pengungsian rakyat Suriah di perbatasan Turki.
Kepada hidayatullah.com, Ferry Nur menjelaskan bahwa kondisi masyarakat Suriah saat ini menolak pemerintahan Bashar Ashad bukan semata karena ketidakadilannya, tapi menurut mereka karena Bashar juga sudah melecehkan rukun iman didalam islam.
“Sebagian besar jamaah setiap hari selalu berdemo di camp pengungsian. Mereka meneriakkan penolakan terhadap Bashar Assad karena Bashar dinilai telah melecehkan rukun Iman,” jelas Ketua KISPA ini melalui teleconference di gedung AQL Islamic Center Jl Tebet Utara I Dalam No : 40, belum lama ini.
Pria yang pernah bergabung sebagai relawan kemanusian di Freedom Frotilla ini juga menjelaskan bahwa, masyarakat Suriah nyatanya menjadi sangat sektarian (konflik golongan) dengan sentimen anti Syiah karena Bashar selain melecehkan rukun Iman, Bashar juga dinilai banyak menyiksa masyarakat sunni dengan memaksa mereka untuk sujud sambil mencium foto-fotonya.
Ferry Nur juga menyampaikan klarifikasi dari para Mujahidin Suriah yang ditemuinya. Mengenai rumor yang berkembang bahwa Amerika Serikat (AS) dan NATO berada dibalik para pemberontak.
Dalam klarifikasi yang disampaikannya, ia menjelaskan bahwa selama lebih dari 15 bulan para pejuang pembebasan Suriah melakukan perlawanan, mereka semua melakukan itu karena jihad fi Sabilillah dan mereka tidak mendapatkan bantuan apapun dari Amerika Serikat dan NATO.
Seperti kita ketahui melalui sumber Al Jazeerah Arabic Channel, video-video terkait ini banyak tersebar melalui situs youtube.com. Tentang pemberitaan ini, dibenarkan oleh tim relawan KISPA yang hingga berita ini diturunkan masih berada di perbatasan Turki-Suriah dan telah berinteraksi langsung dengan sebagian mujahidin Suriah.*